Wednesday 1 January 2014

FIQHUL JANAIZ (FJ) - 2. KEADAAN RUH MANUSIA PADA SAAT MENINGGAL DUNIA





Imam Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa'iy, Ibnu Majah dan Abu Awanah al-Isfira`iniy meriwayatkan hadis yang cukup panjang, yang bersumber dari Al-Bara` bin Azib r.a. Al-Hafizh Abdullah bin Mandah juga meriwayatkan hadis serupa yang bersumber dari Al-Bara` bin Azib, tetapi teksnya sedikit berbeda disertai beberapa tambahan.
Berikut ini merupakan ringkasan kisah kehidupan ruh ketika ajal telah datang yang dirangkai dari kedua hadis tersebut:
Ketika Al-Bara` sedang mengurus jenazah orang Ansor di pekuburan Baqi`, Rosululloh SAW mendatanginya dan duduk dengan dikelilingi para sahabat. Beliau lantas menghadap ke arah mayat seraya bersabda:  "A'udzubillaahi min 'adzabil qobri - 3x" (Aku berlindung kepada Alloh dari siksa kubur).
Selanjutnya beliau SAW memberikan wejangan tentang keadaan ruh orang mukmin dan orang kafir sejak nyawanya dicabut sampai jasadnya dimasukkan ke liang kubur.
Pertama : Ruh orang mukmin.
Pada saat ajal telah datang, Malakul Maut (malaikat pencabut nyawa) datang dengan rupa menawan dan berbau harum. Dia duduk di arah kepala orang mukmin, dengan diiringi para malaikat yang membawa keranda dan kain kafan putih dari surga. Wajah mereka bagaikan matahari. Mereka duduk di sekelilingnya sejauh mata memandang. Malakul Maut berkata, "Ayyatuhan nafsut-thoyyibah, ukhrujii ila maghfirotin minalloohi wa ridhwaan" (Hai jiwa / nyawa yang baik! Keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah). Nyawa orang itu keluar dengan bau yang sangat harum seharum minyak kesturi, mengalir bagaikan mengalirnya air dari wadah, lantas dicabut dan diambil secara cepat oleh Malakul Maut. Malaikat pengiring segera mengambilnya dan meletakkannya di kafan dan keranda (dari surga).
Mereka membawanya naik ke langit, sementara para malaikat yang dilewati sama bersholawat dan mendoakan kebaikan kepada ruh. Mereka berkomentar: "Betapa harumnya ruh ini". Malaikat pembawa ruh bilang: "Ini (ruhnya) fulan bin fulan". Mereka lalu mengucapkan selamat datang dan menyanjungnya dengan pujian yang baik, hingga ruh telah sampai di langit dunia. Malaikat pembawa ruh meminta agar pintu langit dibuka, dan pintunya pun dibukakan untuknya. Begitu seterusnya ruh diantarkan dari langit yang satu ke langit yang ada diatasnya, hingga sampai di 'Arasy, tempat Alloh bersemayam. Alloh berfirman : "Tulislah kitab hamba-Ku di 'illiyyin dan kembalikan lagi  ia  ke bumi, tempatnya berbaring. Karena Aku berjanji kepadanya, bahwa Aku menciptakannya dari tanah, didalam tanah Aku kembalikan, dan dari tanah pula Aku mengeluarkannya pada kesempatan yang lain".[1]
Selanjutnya ruh dikembalikan ke jasadnya (pada saat diletakkan di liang kubur). Dua malaikat Munkar dan Nakir lantas datang sambil menaburkan tanah dengan kedua taringnya dan menggali tanah dengan rambutnya. Setelah didudukkan, kedua malaikat itu bertanya tentang siapa Tuhannya, apa agamanya, siapa Nabi yang diutus kepadanya, dan apa pendapatnya tentang kitab Al-Qur'an. Setelah semua pertanyaan dijawab dengan benar, lantas ada suara (Alloh) yang menyeru : "Hamba-Ku benar. Bentangkan surga untuknya dan bukakan salah satu pintu surga". Kuburnya pun dilapangkan sejauh mata memandang. Kemudian ada seseorang yang wajahnya menawan, berbau harum dan berpakaian indah mendatanginya sambil berkata: "Bergembiralah kamu, disebabkan sesuatu (amal sholeh) yang membuatmu gembira. Ini merupakan hari yang pernah dijanjikan Alloh kepadamu". Tanya si mayit, "Siapa Anda? Wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan". "Aku adalah amal sholehmu", kata orang itu.
Kedua : Ruh orang kafir, munafik dan fasik.
Para malaikat turun dengan wajah hitam dan sangar sambil membawa keranda mayat dan kain kafan kasar dari neraka. Mereka duduk sejauh mata memandang. Malakul maut datang dan duduk di dekat kepalanya sambil berkata, "Ayyatuhan nafsul khobitsah! Ukhrujii ila sukhthin minalloohi wa ghodhob" (Hai nyawa yang kotor! Keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan Allah). Seketika itu ruh berpencar di seluruh badannya karena tidak mau keluar. Malakul Maut lantas mencabut nyawanya dengan paksa, sebagaimana tusuk besi yang dicabut paksa dari kain wol basah.[2]
Para malaikat yang lain langsung mengambil ruh dari genggaman Malakul Maut dan meletakkannya di kain kafan kasar dan dimasukkan ke keranda, lalu dibawa naik ke langit. Setiap malaikat yang dilewatinya bertanya, "Bau busuk apa ini?". "Bau busuknya Fulan bin Fulan", jawabnya. Merekapun sama mencela dan melaknatnya, sehingga ruh tiba di langit dunia. Sewaktu diminta agar dibukakan, seluruh pintu langit justru tidak dibukakan baginya.[3]
Alloh berfirman kepada malaikat: "Tulislah kitab (catatan amal)nya di sijjin (penjara) di bumi terbawah. Kemudian kembalikan ke tempatnya berbaring, Karena Aku berjanji kepadanya, bahwa Aku menciptakannya dari tanah, didalam tanah Aku kembalikan, dan dari tanah pula Aku keluarkan/bangkitkan pada kesempatan yang lain". Ruh tersebut lantas dilemparkan begitu saja ke bumi dan dikembalikan ke jasadnya.
Selanjutnya dua malaikat (Munkar dan Nakir) datang dan bertanya kepadanya tentang siapa Tuhannya, siapa Nabinya, apa agamanya dan seterusnya. Jawabnya : "Ha ha ha. Aku tidak tahu". Ada suara (Alloh) dari atas yang menyeru : "Hamba-Ku ini telah berdusta. Bentangkan neraka untuknya dan bukakan pinta menuju ke neraka". Lantas didatangkan panas dan racun dari neraka. Munkar dan Nakir memukulinya dengan besi dan kuburnya dipersempit hingga tulang-tulang rusuknya remuk dan tercecer. Seseorang yang berwajah buruk, berpakaian gembel dan berbau busuk mendatanginya sambil berkata, "Terimalah kabar yang menyedihkanmu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu". Tanya si mayit : "Siapa Anda? Nampaknya Anda datang sambil membawa keburukan", Lantas dijawab: "Aku adalah amal burukmu",
Ibnu Qoyyim al-Jauziyah mengatakan, "Itu merupakan hadis yang masyhur yang keshahihannya dijamin para penghafal hadis. Kami tidak melihat seorang pun dari para imam hadis yang menyangsikan isinya. Bahkan mereka meriwayatkan hadis ini didalam buku-buku mereka, menerimanya dan menjadikannya sebagai dasar tentang adanya nikmat dan siksa kubur, pertanyaan Munkar dan Nakir, pencabutan ruh, naiknya ruh ke hadirat Allah, kemudian dikembalikan lagi ke kubur menghadapi pertanyaan Munkar Nakir".
Selain di atas, ada beberapa hadis yang serupa, seperti hadis shahih dari Abu Hurairah ra, yang menurut Abu Na'iman, hadis ini disepakati kebenarannya oleh para penukil hadis, termasuk oleh imam Al-Bukhari dan Muslim. Demikian pula hadis dari Ibnu Abbas. Didalam hadis ini ditambahkan bahwa pada saat menjelang ajalnya, mayat mampu melihat para malaikat tersebut dan tidak ada yang terlihat selain mereka. Jika ia muslim, para malaikat memberinya kabar gembira berupa surga dan kenikmatannya, serta memperlakukannya dengan lemah lembut. Malaikat lantas mencabut nyawanya dari anggota badan paling bawah, dari kuku (di kaki) dan sendi-sendinya, satu persatu menjadi mati dan ia menjadi lemah. Setelah ruh dihadapkan dan diterima Alloh, lalu dikembalikan lagi oleh malaikat ketika mayatnya diurusi, dimandikan dan dikafani, lalu dimasukkan diantara badan dan kain kafannya. [4]
Nah! Dari cuplikan kisah tersebut dapat disimpulkan, bahwa setelah manusia mati, ternyata ruhnya masih hidup. Dalam pengertian ia masih bisa bergerak, melihat, mendengar, menjawab pertanyaan malaikat, dapat merasakan nikmat dan sakit, senang dan susah.
Atas dasar uraian di atas, maka perawatan jenazah yang diajaran oleh agama Islam, terutama yang dilakukan oleh orang-orang NU, adalah mengacu pada prinsip-prinsip di atas, dimana jenazah tidak diperlakukan sebagai “benda mati”, melainkan sebagai “makhluk hidup” yang perlu dirawat dengan tatacara dan adab sopan santun yang baik. Sebagaimana yang tergambar dalam seluruh isi buku ini.


Sumber : Buku “Tatacara NU Merawat Jenazah”, oleh Tim Penyusun PCNU Kota Surabaya, diterbitkan oleh PC.LTNNU Kota Surabaya, cet.1 - 2011.





[1] ) Baca surat Thoha : 55
[2] ) Firman Alloh dalam QS Al-An’am : 93, yang artinya : “"… Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Alloh (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya."”
[3] ) Baca QS Al-A’rof : 40
[4] ) Baca selengkapnya didalam kitab Ar-Ruh Libnil Qoyyim al-Jauzi, (Terj. Roh), hal. 79-81, 87-95



No comments:

Post a Comment