Misteri Ruh Manusia
Manusia
merupakan makhluk fisik yang didalamnya terkandung ruh. Dengan kata lain,
manusia adalah Allah swt yang diciptakan dari dua unsur, yakni badan dan ruh,
jasmani dan ruhani. Badan atau jasmani merupakan sesuatu yang bersifat syahadah
(nampak) dan dapat diketahui dengan panca indera. Sementara ruh bersifat ghaib
(tidak nampak) dan tidak dapat diketahui dengan panca indera, namun dapat
dirasakan kehadirannya.
Mengingat
keberadaan ruh yang bersifat ghaib dan misterius inilah yang menyebabkannya
sangat menarik dibicarakan orang-orang sejak jaman dahulu sampai sekarang.
Namun demikian, tidak ada satu pun diantara mereka yang mengetahui hakekatnya
secara pasti, selain Allah Yang Menciptakannya. Pengetahuan mereka
tentangnya sekedar bersifat rabaan. Kalaupun ada orang yang mengetahuinya,
itupun hanya sebagian kecil. Sebagaimana hal ini ditegaskan Allah sendiri dalam
QS Al-Isra’ : 85, sebagai jawaban dari pertanyaan orang Yahudi kepada
Rasulullah saw :
وَيَسْأَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي
وَمَا أُوْتِيْتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيْلًا
“Dan
mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS
Al-Isra` : 85)
Dari
kalangan manusia, orang yang paling banyak mengetahui keberadaan ruh tentu saja
adalah orang yang telah diberitahu sendiri oleh Allah swt melalui wahyu-Nya,
yakni Nabi Muhammad saw, dan orang-orang tertentu yang dikehendaki-Nya.
Pembahasan
berikut ini difokuskan pada persoalan ruh orang yang sudah mati dalam kaitannya
dengan pentingnya arti hadiah pahala dan bantua doa dari orang yang
masih hidup kepada orang yang sudah mati, serta ritus kematian lainnya
dengan bersumberkan pada Al-Qur’an, Al-Hadis dan pendapat kaum shalihin.
Pengertian Kematian
Persoalan
“Yang Mengalami Kematian itu Ruh Ataukah Badan ?”, para ulama, filosof
dan pemikir muslim berbeda pandangan dalam hal ini. Diantara mereka ada yang
berpandangan :
a.
Yang mengalami kematian adalah ruh, bukan badan. Karena ruh merupakan jiwa (an-nafs),
sedangkan setiap jiwa akan mengalami kematian. Beberapa ayat Qur`an menunjukkan
bahwa apa saja selain Allah akan rusak, binasa dan mati. Termasuk juga
malaikat, iblis dan jin . Allah berfirman :
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. “ (QS
Ar-Rahman : 26-27).
Jika para malaikat
saja akan mati, apalagi ruh atau jiwa manusia, tentu lebih layak mati.
b.
Ruh tidak akan mati, karena ia bersifat kekal, dan yang mengalami kematian
adalah badan. Banyak hadis Nabi tentang adanya siksa dan nikmat kubur yang
dirasakan oleh ruh setelah berpisah dengan badan, sampai Allah mengembalikannya
pada badan di hari ba’ats. Sekiranya ruh itu mati, tentu ia tidak
merasakan siksaan dan kenikmatan kubur. Hal ini sesuai dengan Ayat 169-179 QS Ali Imran yang menjelaskan
bahwa para syuhada` pada hakekatnya tidak mati, tetapi meraka tetap hidup di
sisi Tuhannya.
c.
Pendapat yang benar : Yang dinamakan kematian adalah berpisah dan keluarnya
jiwa/ruh dari badan. Menurut pemahaman ini, maka ruh atau jiwa memang bisa
mati, yakni dalam pengertian berpisahnya ruh dari badannya. Namun jika yang dimaksudkan
dengan kematian adalah berarti hilang dan lenyapnya ruh/jiwa sama sekali, maka
itu tidak benar. Karena setelah berpisah dari badannya, ruh tetap kekal dengan
kenikmatan dan siksaan. Beberapa nash Al-Qur`an dan Hadis menunjukkan
hal ini.
Kondisi
Ruh Pada Saat Meninggal Dunia.
Imam
Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’iy, Ibnu Majah dan Abu Awanah al-Isfira`iniy
meriwayatkan hadis yang cukup panjang, yang bersumber dari Al-Bara` bin Azib
r.a. Al-Hafizh Abdullah bin Mandah juga meriwayatkan hadis serupa yang
bersumber dari Al-Bara` bin Azib, tetapi teksnya sedikit berbeda dan ada
beberapa tambahan. Berikut ini merupakan kisah kehidupan ruh saat ajal telah
datang yang penulis rangkai dari kedua hadis tersebut:
Pada
saat Al-Bara` sedang mengurus jenazah orang Anshar di pekuburan Baqi`,
Rasulullah saw mendatanginya dan duduk dengan dikelilingi para sahabat.
Kemudian beliau saw menghadap ke arah mayat seraya bersabda: “A’udzubillaahi
min ‘adzabil qobri – 3x” (Aku berlindung kepada Allah dari siksa kubur).
Selanjutnya
beliau saw memberikan wejangan yang menjelaskan tentang keadaan ruh orang
mukmin dan orang kafir sejak dicabut sampai jasadnya dimasukkan ke liang kubur.
PERTAMA : RUH ORANG
MUKMIN.
Pada
saat telah datang ajalnya, Malakul maut (malaikat pencabut nyawa) pun
datang dengan rupa menawan dan berbau harum, lalu duduk di arah kepalanya.
Kemudian diiringi oleh para malaikat yang membawa keranda dan kain kafan dari
surga. Wajah mereka bagaikan matahari. Mereka duduk di sekelilingnya sejauh
mata memandang. Malakul maut berkata, “Ayyatuhan nafsut-thoyyibah,
ukhrujii ila maghfirotin minalloohi wa ridhwaan” (Hai jiwa / nyawa yang
baik! Keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah). Nyawa itu keluar dengan
bau yang sangat harum seharum minyak kesturi, ia mengalir bagaikan mengalirnya
air dari wadah, lantas dicabut dan diambil secara cepat oleh malakul maut.
Malaikat pengiring segera mengambilnya, lalu meletakkannya di kafan dan keranda
(dari surga).
Mereka
membawanya naik, sementara para malaikat yang dilewati sama bershalawat dan
mendoakan kebaikan kepada ruh. Mereka berkomentar: “Betapa harumnya ruh ini”.
Malaikat pembawa ruh bilang: “Ini (ruhnya) fulan bin fulan”. Mereka
mengucapkan selamat datang dan menyanjungnya dengan pujian yang baik, hingga
ruh sampai di langit dunia. Mereka meminta agar pintu langit dibuka, dan
pintunya pun dibukakan untuknya. Begitu seterusnya ruh diantarkan dari satu
langit ke langit diatasnya, hingga sampai di puncak langit, yakni ‘Arasy,
tempat Allah bersemayam. Allah berfirman : “Tulislah kitab hamba-Ku di
‘illiyyin dan kembalikan lagi ia ke bumi, tempatnya berbaring. Karena Aku
berjanji kepadanya, bahwa Aku menciptakannya dari tanah, didalam tanah Aku
kembalikan, dan dari tanah pula Aku keluarkan/bangkitkan pada kesempatan yang
lain”
Selanjutnya,
ruh dikembalikan ke jasadnya (pada saat diletakkan di liang kubur), dua
malaikat Munkar dan Nakir lantas datang sambil menaburkan tanah dengan kedua
taringnya dan menggali tanah dengan rambutnya. Setelah didudukkan, kedua
malaikat itu bertanya kepada mayit : siapa Tuhannya, apa agamanya, siapa Nabi
yang yang diutus kepadanya, dan apa pendapatnya tentang kitab Al-Qur’an.
Setelah semua pertanyaan dijawab dengan benar, ada suara (Allah) yang menyeru :
“Hamba-Ku benar. Bentangkan surga untuknya dan bukakan salah satu pintu surga”.
Dan kuburnya pun dilapangkan sejauh mata memandang. Kemudian ada seseorang yang
wajahnya menawan, berbau harum dan berpakaian indah mendatanginya sambil
berkata: “Bergembiralah kamu, disebabkan sesuatu (amal) yang membuatmu gembira.
Ini merupakan hari yang pernah dijanjikan Allah kepadamu”. Tanya si mayit,
“Siapa Anda? Wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan”. “Aku adalah amal
sholihmu”, kata orang itu.
KEDUA : RUH ORANG
KAFIR, MUNAFIK DAN FASIK.
Para
malaikat turun kepadanya dengan wajah hitam dan sangar sambil membawa keranda
mayat dan kain kafan kasar dari neraka. Mereka duduk sejauh mata memandang. Malakul
maut pun lalu datang dan duduk di dekat kepalanya sambil berkata, “Ayyatuhan
nafsul khobitsah! Ukhrujii ila sukhthin minalloohi wa ghodhob” (Hai nyawa
yang kotor! Keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan Allah”. Seketika itu
ruhnya berpencar di seluruh badannya, karena tidak mau keluar. Malakul maut
lantas mencabut nyawanya dengan paksa, sebagaimana tusuk besi yang dicabut
paksa dari kain wol basah. Hal ini sesuai dengan firman Allah :
“…
Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim
(berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul
dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari
ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu
mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS Al-An’am: 93)
Para
malaikat lain langsung mengambilnya dari malakul maut dan meletakkannya di kain
kafan dan dimasukkan ke keranda, lalu dibawa naik. Setiap malaikat yang
dilewatinya bertanya, “Bau busuk apa ini?”. “Bau busuknya Fulan bin Fulan”,
jawab malakul maut. Merekapun sama mencela dan melaknatnya, sehingga ruh tiba
di langit dunia. Sewaktu diminta agar dibukakan, seluruh pintu langit justru tidak
dibukakan baginya.
Selanjutnya
Rasulullah saw membacakan QS Al-A’raf : 40,
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan
dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga,
hingga unta masuk ke lobang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada
orang-orang yang berbuat kejahatan.”
Allah
swt berfirman kepada malaikat: “Tulislah kitab (catatan amal)nya di sijjin (penjara)
di bumi terbawah. Kemudian kembalikan ke tempatnya berbaring, Karena Aku
berjanji kepadanya, bahwa Aku menciptakannya dari tanah, didalam tanah Aku
kembalikan, dan dari tanah pula Aku keluarkan/bangkitkan pada kesempatan yang
lain”. Ruh tersebut lantas dilemparkan begitu saja dan dikembalikan ke
jasadnya.
Selanjutnya
dua malaikat (Munkar dan Nakir) datang dan bertanya kepadanya tentang siapa
Tuhannya, Nabinya, agamanya dan seterusnya. Jawabnya : “Ha ha ha! Aku tidak
tahu”. Dari atas ada suara yang menyeru : “Hamba-Ku ini telah berdusta.
Bentangkan neraka untuknya dan bukakan pinta menuju ke neraka”. Kepadanya lalu
didatangkan panas dan racun neraka. Munkar dan Nakir memukulinya dengan besi
dan kuburnya dipersempit hingga tulang-tulang rusuknya remuk dan tercecer.
Seseorang yang berwajah buruk, berpakaian gembel dan berbau busuk mendatanginya
sambil berkata, “Terimalah kabar yang menyedihkanmu. Inilah hari yang
dijanjikan kepadamu”. “Siapa Anda? Nampaknya Anda datang sambil membawa
keburukan”, tanya si mayit. “Aku adalah amal burukmu”, jawabnya.
Ibnu
Qayyim al-Jauziyah mengatakan, “Itu merupakan hadis yang masyhur yang keshahihannya
dijamin para penghafal hadis. Kami tidak melihat seorang pun dari para imam
hadis yang menyangsikan isinya. Bahkan mereka meriwayatkan hadis ini didalam
buku-buku mereka, menerimanya dan menjadikannya sebagai dasar tentang adanya
nikmat dan siksa kubur, pertanyaan Munkar dan Nakir, pencabutan ruh, naiknya
ruh ke hadirat Allah, kemudian dikembalikan lagi ke kubur menghadapi pertanyaan
Munkar Nakir”.
Selain
bersumber dari Al-Bara’ bin ‘Azib, ada beberapa hadis serupa, seperti hadis
shahih yang bersumber dari Abu Hurairah ra, yang menurut Abu Na’iman, hadis ini
disepakati kebenarannya oleh para penukil hadis, termasuk oleh imam Al-Bukhari
dan Muslim.
Demikian
pula hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas, didalam hadis ini ditambahkan bahwa
pada saat menjelang ajalnya, mayat mampu melihat para malaikat tersebut dan
tidak ada yang terlihat selain mereka. Jika ia muslim, para malaikat memberinya
kabar gembira berupa surga dan kenikmatannya, serta memperlakukannya dengan
lemah lembut. Malaikat mencabut nyawanya dari anggota badan paling bawah, dari
kuku (di kaki) dan sendi-sendinya, satu persatu menjadi mati dan ia menjadi
lemah. Setelah ruh dihadapkan dan diterima Allah, lalu dikembalikan malaikat
pada saat mayatnya diurusi, dimandikan dan dikafani, lalu di masukkan diantara
badan dan kain kafannya.
_______________________________________________
*) Sumber : Disarikan dari :
1). Buku
"DZIKRUL MAUT", tulisan Achmad Suchaimi, penerbit RoudhoH - Surabaya,
cet. 1 - Mei 2004.
2). Kitab AR-RUH,
tulisan Ibnu Qoyyim Al-Jauzi
No comments:
Post a Comment