Persoalannya:
Apakah
ruh dikembalikan ke badan setelah dipisahkan (wafat) sewaktu menghadapi
pertanyaan Munkar dan Nakir didalam kuburnya?
Apakah
ada siksa kubur? Jika ada siksa kubur, apakah yang disiksa ruhnya, badannya,
ataukah ruh dan badannya sekaligus?.
Dalam hal ini terjadi perbedaan
pendapat di kalangan ulama.
Ada sebuah hadis yang cukup panjang,
bersumber dari Al-Bara' bin Azib, Abu Hurairah dan Ibnu Abbas yang menjelaskan
tentang proses pencabutan nyawa sampai adanya nikmat dan siksa kubur. Semua
ulama ahlussunnah dan lainnya sependapat dengan isi hadis itu.
Perlu diketahui, dikembalikannya ruh
mayat ke badan bukan berarti bahwa badan dan ruh menyatu terus secara tetap,
lantas mayat itu hidup terus didalam kuburnya. Tetapi dikembalikannya ruh ke badan adalah dalam rangka menghadapi
pertanyaan malaikat. Selain itu menunjukkan tetap adanya keterkaitan dan
hubungan antara ruh dengan badannya didalam kubur, meskipun badan telah rusak.
Sebagaimana orang yang sedang tidur,
ruhnya bisa keluar kemana saja, tetapi tetap terkait dan menyatu dengan
badannya, sehingga ia tetap hidup. Hanya saja hidupnya orang yang sedang tidur
tidak seperti hidupnya orang yang sedang jaga dan sadar (tidak tidur). Jadi,
keadaan orang mimpi itu seperti antara hidup dan mati. Begitu pula
dikembalikannya ruh ke badan, kondisinya seperti orang tidur, yakni antara mati
dan hidup
PANDANGAN
IBNU TAIMIYAH :
Kata
Ibnu Taimiyah: beberapa hadis shahih dan mutawatir menunjukkan tentang
dikembalikannya ruh ke badan saat menghadapi pertanyaan munkar dan nakir. Namun
segelintir orang berpendapat, bahwa pertanyaan kubur hanya ditujukan kepada
badannya saja, dan bukan kepada ruhnya, namun Mayoritas ulama menolak pendapat
ini. Ada yang berpendapat, pertanyaan itu ditujukan kepada ruh saja, dan bukan
badan, sebagaimana yang dilontarkan oleh Ibnu Hazm dan Ibnu Murrah. Kedua
pendapat terakhir ini tidak benar. Yang benar adalah ditujukan kepada ruh dan
badan, setelah keduanya dihubungkan kembali.
Syaikhul
Islam, Ibnu Taimiyah --gurunya Ibnul Qayyim-- pernah diberondong pertanyaan: "Apakah siksa kubur ditimpakan kepada
ruh ataukah badan? Apakah hanya ditujukan ke ruh tanpa badan, ataukah ke badan
tanpa ruh? Apakah yang merasakan nikmat dan siksa kubur itu ruh dan badan
secara bersama-sama, ataukah tidak bersama-sama?"
Jawabnya: Nikmat dan
siksa kubur ditimpakan kepada ruh dan badan secara bersama-sama. Ini sesuai
dengan kesepakatan Ahlussunnah wal-Jamaah. Ruh dapat merasakan nikmat dan siksa
secara sendirian, terpisah dari badan. Pada saat ruh dikembalikan dan dikaitkan
dengan badan, keduanya secara bersama-sama bisa merasakan nikmat dan siksa
kubur.
Persoalannya, "Apakah siksa dan
nikmat dapat dirasakan sendirian oleh badan, tanpa ruh?"
Dalam
hal ini ada tiga kelompok pendapat :
Pertama.
Hanya ruh saja yang merasakan nikmat dan siksa, sedangkan badan tidak
merasakannya. Hal ini dikemukakan oleh : 1) Para Filosof yang mengingkari
adanya kebangkitan badan. Secara ijmak, mereka dianggap sama dengan kafir.
Menurut mereka, nikmat dan siksa hanya terjadi di akhirat. 2) Mu'tazilah dan lain-lain yang mengakui
kebangkitan badan yang terjadi pada Yaumul Ba'ats, bukannya kebangkitan di alam
Barzakh. Menurutnya, ruh sendirian yang merasakannya di alam barzah. Namun
setelah kiamat, ruh dan badan bersama-sama menerima siksa dan nikmat. 3) Pendapat ini juga dikemukakan oleh
sekelompok teolog (mutakallimin) muslim seperti Ibnu Murrah dan Ibnu Hazm, baik
sewaktu di alam barzah maupun di hari kiamat.
Kedua.
Ruh dan badan merasakan nikmat dan siksa. Namun ruh saja tidak bisa merasakannya, sebab ruh hanyalah
kehidupan. Ini pendapat para teolog dari kalangan Mu'tazilah. Mereka
mengingkari kekalnya ruh setelah berpisah dengan badan untuk menerima nikmat
dan siksa.
Ketiga.
Di alam barzah tidak ada nikmat dan siksa kubur sampai datangnya kiamat kubro,
sebagaimana yang dikemukakan oleh sebagian Muktazilah dan orang yang
mengingkari adanya nikmat dan siksa kubur. Sebab, ruh itu tidak kekal dan ia
ikut mati bersama badan, sementara badan saja tidak bisa merasakan nikmat dan
siksa.
Keempat.
Pendapat Ulama Salaf. Kesemua pendapat di atas batil dan sesat. Yang benar,
setelah manusia wafat, ruh dan badan bersama-sama menerima nikmat dan siksa
kubur. Ruh tetap kekal setelah berpisah dengan badan. Tetap kekal dalam
pengertian bahwa keadaan ruh relatif kekal, tidak mati, dan tidak rusak sebelum
datangnya kiamat kubro, bila dibandingkan dengan keadaan badan yang rusak,
membusuk dan bahkan lenyap. Jadi kekalnya ruh bukan berarti ia tidak fana`
(tidak akan rusak). Ruh tetap memiliki sifat fana', sesuai dengan QS Ar-Rahman:
26-27. Namun kekalnya adalah bukan
berasal dari dirinya atau asal dzatnya, tetapi memang sengaja dikekalkan
oleh Allah. Tidak seperti pendapat sebagian kaum filosof yang menganggap bahwa
ruh kekal selamanya sebagaimana kekalnya Tuhan. Pendapat seperti ini sesat, dan
imam Al-Ghazali dan mayoritas Ahlussunnah wal Jama'ah menghukiminya sebagai
kafir.
Ruh
terkait dan berhubungan dengan badan, sehingga badan dan ruh bersama-sama
merasakan nikmat dan siksa kubur. Kemudian pada hari kiamat kubro, semua ruh
mengalami mati (pingsan, fana'). Baca QS Az-Zumar : 68) lalu dipersatukan
kembali dengan badannya secara sempurna.
وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَصَعِقَ مَنْ
فِى السَّمَاوَاتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ. ثُمَّ نُفِخَ فِيْهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ
يَنْظُرُوْنَ
Artinya
: “Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit dan di bumi
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali
lagi Maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). [QS
Az-Zumar, 39 : 68].
Mereka
(ruh dan badan) bersama-sama bangkit dari kuburnya menghadap Robbul 'alamin.
Keyakinan tentang kebangkitan badan bersama ruh ini merupakan kesepakatan kaum
muslimin, disamping juga diyakini oleh kaum Yahudi dan Nasrani.
Kata
Ibnu Taimiyah lagi, hadis-hadis shahih tenang siksa kubur dan pertanyaan Munkar
dan Nakir cukup banyak jumlahnya dan saling kuat-menguatkan, sehingga dapat
meningkatkan kedudukannya menjadi hadis Mutawatir.
Diantara
hadis tentang siksa kubur adalah :
1).
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis shahih dari Ibnu Abbas ra, bahwa
Rasulullah saw pernah melewati dua kuburan. Sabda beliau : "Sesungguhnya
kedua penghuni kubur ini benar-benar disiksa. Keduanya disiksa bukan disebabkan
dosa besar. Yang seorang disiksa karena tidak membersihkan (istinjak) setelah
kencing. sedangkan yang lain disiksa karena suka mengadu domba".
Selanjutnya beliau saw minta diambilkan dahan pelepah korma dan dibelah jadi
dua bagian (untuk diletakkan diatas kedua kuburan itu), lantas bersabda :
"Barangkali dahan pelepah korma ini dapat meringankan siksa keduanya,
selama dahan itu belum mengering".
Hadis
ini sebagai salah satu dasar berlangsungnya adat kebiasaan membawa kembang
sewaktu berziarah kubur. Dalam hal ini, kembang dikiaskan dengan dahan pelepah
kurma. Selama masih basah dan belum karing, kembang dapat bermanfaat bagi
mayit.
Hanya
saja yang dipersoalkan adalah, "Apakah yang disiksa tadi mayit orang
kafir ataukah mukmin?". Sebagian ulama bilang, bahwa ia kafir, sebab
orang kafir akan disiksa terus menerus sampai kiamat, baik karena dosa
kekafirannya maupun dosa semacam tidak istinjak dan mengadu domba. Karena itu
beliau saw hanya meletakkan dahan korma
di atas kuburan sekedar untuk meringankan siksa mayit, sampai dahan itu
mengering. Jika mayit itu mukmin, tentu beliau saw akan memintakan syafaat dan
memohonkan ampunan untuk keduanya". Sebagian ulama yang lain mengatakan,
bahwa mereka berdua adalah orang mukmin. Hal ini diperkuat dengan beberapa
hadis yang menjelaskan adanya siksa kubur bagi orang mukmin yang berdosa.
2).
Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, yang intinya, bahwa
Rasulullah saw pernah melewati empat sampai enam kuburan sambil menaiki baghal
(keledai). Tiba-tiba baghalnya ketakutan dan menghindar dari tempat itu,
sehingga beliau hampir saja terjatuh. Beliau bertanya, kuburan siapa ini.
Jawab sahabat: itu kuburan orang kafir-musyrik. Beliau bersabda : "Penghuni
kubur ini sedang disiksa. Seandainya kalian tidak dikuburkan (setelah mati),
tentu aku akan berdoa agar Allah memperdengarkan kepada kalian siksa kubur
sebagaimana yang sedang aku dengarkan ini".
Barangkali
hadis ini yang dijadikan alasan orang salaf dahulu membawa hewan-hewan tertentu
ke kuburan untuk mengetahui (mengetes) apakah penghuniya disiksa ataukah tidak.
3).
Disebutkan didalam Shahih Muslim dan seluruh kitab As-Sunan dari Abu Hurairah
ra dan dari Ibnu Abbas ra: Rasulullah saw memerintahkan agar pada saat tasyahhud
akhir dalam shalat hendaklah membaca doa memohon perlindungan dari empat
hal, yaitu dari siksa neraka, siksa kubur, cobaan (fitnah) hidup dan mati,
serta cobaan (fitnah) al-Masih ad-Dajjal.
أَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ
وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ
الدَّجَّالِ
Alloohumma innii a'uudzu bika min 'adzaabi jahannam,
wamin 'adzaabil qobri, wamin fitnatil mahyaa wal mamaati, wamin syarri fitnatil
masiihid-dajjaal.
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa
neraka jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari fitnah
al-Masih ad-Dajjal".
Sedangkan
mengenai pertanyaan kubur, cukup banyak hadis shahih yang menjelaskannya.
Diantaranya:
1). Didalam Ash-Shahihain dan As-Sunan
diriwayatkan hadis dari al-Bara` bin Azib, sebagaimana disebutkan di muka, yang
intinya menjelaskan tentang kondisi ruh menjelang mati (sakaratul maut),
adanya pertanyaan kubur, dikembalikannya ruh ke badan, dan siksa kubur yang
menimpa ruh dan badan secara bersama-sama.
2). Didalam kitab Ash-Shahihain juga disebutkan hadis
dari Qatadah, dari Anas bin Malik ra, yang secara ringkas menjelaskan : Jika
mayit muslim sudah dikubur, ia benar-benar mendengar suara sandal para
pengantar sewaktu pulang. Lalu ia didatangi dan didudukkan oleh dua malaikat
untuk ditanya tentang siapa Nabi Muhammad saw dll. Kemudian kuburnya
dilapangkan dan diperlihatkan kepadanya calon surganya. Sedangkan bagi mayat
kafir atau munafik, dia tak bisa menjawab pertanyaan malaikat tersebut, lantas
ia dipukul dengan benda dari besi diantara kedua telinganya. Dia pun menjerit
keras sampai didengar apa saja (hewan) yang ada di atas kuburannya.
3). Hadis dari Abu Hurairah ra menjelaskan bahwa mayat didatangi
dua malaikat yang berwajah angker (munkar dan nakir) untuk menerima pertanyaan
kubur. Orang mukmin dapat menjawab semua pertanyaan, lantas kuburannya
dilapangkan dan menjadi terang, serta dikatakan : "Tidurlah, seperti
pengantin baru yang tidak dibangunkan kecuali ada keluarga yang paling
dicintainya datang, sampai Allah membangkitkan di hari kiamat".
Sedangkan mayat kafir, ia tak mampu menjawab, lantas dikatakan kepada tanah :
"Himpitlah orang ini", sehingga tulang rusuknya remuk berceceran.
Ia akan terus menerus disiksa sampai datangnya kiamat. (HR Abu Hatim)
Allah
swt secara gamblang menjelaskan tentang keniscayaan adanya siksa kubur didalam
firman-Nya :
وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُوْنَ فِيْ غَمَرَاتِ
الْمَوْتِ وَ الْمَلائِـكَةُ بَاسِطُوْا أَيْدِيْهِمْ أَخْرِجُوْا أَنْفُسَكُمُ
الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَقَوْلُوْنَ عَلَى
اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُوْنَ
"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu
orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang
para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah
nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan,
karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan
(karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.." (QS
Al-An'am : 93)
Ayat
di atas menjelaskan adanya siksaan bagi orang yang zhalim pada saat pencabutan
nyawa. Dan ini merupakan salah satu bentuk dari siksa kubur.
اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا
غُدُوًّا وَ عَشِيًّا, وَ يَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ اَدْخِلُوْا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ
الْعَذَابِ
(سورة
المؤمنون : 46 )
"Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya
mereka, dan Fir`aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada
mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya
Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir`aun dan kaumnya ke
dalam azab yang sangat keras". (QS Al Mukmin : 45-46)
Komentar
Imam Ahmad bin Hanbal : "Siksa kubur merupakan kebenaran yang tidak
diingkari kecuali oleh orang yang sesat dan menyesatkan".
______________________________________
*) Sumber : Disarikan dari :
1). Buku "DZIKRUL MAUT, mengintai
perjalanan ruh orang mati", tulisan Achmad Suchaimi, dengan Kata
Pengantar (Taqdim) oleh KH A. Mustofa Bisri, penerbit RoudhoH - Surabaya, cet.
1 - Mei 2004.
2). Kitab “AR-RUH”, tulisan Ibnu Qoyyim
Al-Jauzi
No comments:
Post a Comment