Ruh ada dua macam, yaitu ruh yang mendapat siksaan dan
yang mendapat kenikmatan di alam kubur. Ruh yang mendapat siksaan di alam kubur
selalu direpotkan dengan siksaan yang menimpanya, sehingga ia tidak dapat
saling bertemu, berkunjung dan bernostalgia dengan sesamanya. Sedangkan ruh
yang memperoleh kenikmatan, ia bebas dan tak terbelenggu, sehingga ia dapat
menggunakan waktu istirahatnya dengan berkunjung, bercengkerama, bernostalgia,
dan saling mengingatkan tentang apa yang telah terjadi dan akan terjadi pada
penghuni alam dunia yang lain.
Setiap ruh disertai dengan pendamping, baik berupa orang
yang dicintainya maupun amal yang dilakukannya. Teman pendamping ini berlaku
baik di alam dunia, alam kubur, maupun di akhirat.
Jarir meriwayatkan dari Mansur, dari Abudh-Dhuha, dari
sahabat Masruq ra. Ia berkisah, bahwa para sahabat mengatakan kepada Rasulullah
saw, "Sesungguhnya kami tidak ingin berpisah dengan engkau di dunia.
Bila engkau wafat, tempat engkau tentu
akan ditinggikan di atas kami, sehingga kami tidak dapat melihat engkau lagi".
Maka turunlah firman Allah :
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُوْلَ فَأُولئِكَ مَعَ
الَّذِيْنَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ
وَ الشُّهَدَاءِ وَ الصَّالِحِيْنَ وَ حَسُنَ أُولـئِكَ رَفِيْـقًا
"Dan barangsiapa yang mentaati Allah
dan Rasul-Nya mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati
syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."
(QS an-Nisa' : 69).
Diriwayatkan dari asy-Sya'bi, bahwa seorang sahabat
Anshar mendatangi Rasulullah sambil menangis. "Kenapa kamu menangis?",
tanya beliau. Sahabat tersebut menjelaskan, bahwa tidak ada seseorang yang
sangat ia cintai selain beliau saw. Rasanya ia rindu kalau sehari tidak bertemu
beliau. Ia berkata, "Aku menyadari, jika engkau nanti wafat dan aku pun
wafat, tentu aku tidak dapat berkumpul dengan engkau selain di dunia ini.
Engkau tentu akan berada di tempat yang tinggi bersama para Nabi. Sekiranya
nanti aku masuk surga, aku akan ditempatkan di surga yang lebih rendah daripada
surga yang engkau tempati". Mendengar keluhannya itu, beliau tidak
menanggapinya, sampai turun ayat 69 surat an-Nisa' di atas.
Allah berfirman :
يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ, اِرْجِعِيْ
إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً, فَادْخُلِيْ فِيْ عِبَادِي, وَادْخُلِيْ
جَنَّتِي.
"Hai jiwa
yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke da-lam surga-Ku."
(QS al-Fajr : 27-30).
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah berfirman kepada
ruh saat meninggalnya agar masuk kedalam golongan mereka.
Saat Isra' Mi'raj, Rasulullah saw bertemu dengan ruh
Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa. Mereka bertukar pikiran soal datangnya
Hari Kiamat. Persoalan ini mula-mula ditanyakan kepada Nabi Ibrahim, lalu Nabi
Musa. Namun keduanya tidak tahu. Lantas ditanyakan kepada Nabi Isa dan
dijawabnya: "Allah telah berjanji kepadaku". Kontan mereka
"melongo", tercengang. Selanjutnya Nabi Isa menjelaskan tentang
datangnya Dajjal : "Dajjal akan
turun dan aku yang membunuhnya. Kemudian Manusia kembali ke tempatnya
masing-masing. Setelah itu muncul Ya'juj dan Ma'juj beserta para pendukungnya
dari segala arah. …" (HR
al-Hakim, al-Baihaqi dan lainnya, dari Ibnu Ma'ud).
Demikianlah nash hadis yang menceritakan tentang
beberapa ruh (ruh Nabi Ibrahim, Musa dan Isa, serta Nabi Muhammad) yang saling
mengenal dan mengingatkan.
Selain itu Allah swt berfirman
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ
اللَّهِ أَمْوَاتًا, بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ (169). فَرِحِيْنَ بِمَا آتـهُمُ اللَّهُ
مِنْ فَضْلِهِ وَ يَسْتَبْشِرُوْنَ بِالَّذِيْنَ لَمْ يَلْحَقُوْا بِهِمْ مِنْ
خَلْفِمْ أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَ لاَ
هُمْ يَحْزَنُوْنَ (170). يَسْتَبْشِرُوْنَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ. وَ
أَنَّ اللَّهَ لاَ يَضِيْعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ (171). اَلَّذِيْنَ اسْتَجَابُوْا لِلَّهِ وَ
الرَّسُوْلِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِيْنَ أَحْسَنُوْا
مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيْمٌ (172).
"Janganlah kamu mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi
Tuhannya dengan mendapat rezki. mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia
Allah yang diberikan kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap
orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa
tidak ada kekhawatiran terhadap mere-ka dan tidak (pula) bersedih hati.Mereka
bergirang hati dengan ni`mat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah
tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang
menta`ati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam
peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan
yang bertakwa ada pahala yang besar. (QS Ali Imran : 169 - 172).
Ayat di atas menjelaskan :
1)
Para syuhada' hidup di sisi Allah, dan tentu saja dapat saling bertemu. Mereka
memperoleh limpahan rizki
2)
Mereka memperoleh kabar gembira karena akan bertemu dengan saudara mereka (kaum
muslimin, syuhada') yang menyusul di kemudian hari.
3)
Kata "" (Yastabsyiruna) dapat diartikan kabar gembira yang
disampaikan oleh sebagian mereka kepada sebagian yang lain.
Banyak riwayat menyebutkan tentang persoalan ini,
diantaranya : Sakhr bin Rasyid mengisahkan pertemuannya dengan Abdullah bin al-Mubarok dalam mimpi sesaat
setelah wafatnya. Ia bertanya, "Bukankah engkau sudah wafat?".
"Benar", jawabnya. "Apa yang dilakukan Allah kepadamu?".
"Allah mengampuni semua dosa-dosaku", jawab Abdullah. Tanyanya
lagi, "Bagaimana dengan Sufyan ats-Tsauri?". Jawab Abdullah :
"Dia bersama orang-orang yang memperoleh nikmat Allah, yakni para nabi,
syuhada` dan shalihin. Dia berteman akrab dengan mereka”.
Ibnu Abid-Dunya meriwayatkan hadis nabawi yang
menjelaskan tentang ruh-ruh yang saling bertemu dan mengenal. Yahya bin
Abdurrahman bin Labibah mengatakan, bahwa kakeknya pernah bercerita :
"Sewaktu Bisyr bin al-Bara` bin Ma'rur (seorang sahabat) wafat, aku justru
menyaksikan kegembiraan yang terpancar dari wajah Ummu Bisyr. Dia berkata
kepada Rasulullah saw : "Wahai Rasulallah, dia berharap agar wafat
lebih dahulu dari Bani Salamah. Lantas, apakah orang yang sudah wafat dapat
saling mengenal, sehingga aku bisa kirim salam kepadanya". Jawab
beliau : "Benar. Demi jiwaku yang berada didalam kekuasaan Allah. Wahai
Ummu Bisyr! Mereka saling mengenal, sebagaimana burung-burung di pohon yang
juga saling mengenal". Setiap kali ada orang dari kalangan Bani
Salamah yang akan wafat, Ummu Bisyr selalu menemuinya sambil menitipkan salam :
"Wahai Fulan! Tolong sampaikan salam saya kepada Bisyr".
Ruh orang yang sudah lama wafat bertanya kepada ruh
orang yang baru wafat tentang keadaan keluarga dan temannya. Mu'awiyah bin
Yahya meriwayatkan hadis dari Abdullah bin Salamah, dari Abu Rahm al-Masma'iy,
dari Abu Ayyub al-Anshariy (seorang sahabat), katanya, bahwa Rasulullah saw
pernah bersabda, "Jika seorang mukmin diwafatkan, sesampainya di alam
kubur ia ditemui ruh-ruh orang (shalih) yang sudah lama wafat, sama seperti
mereka bertemu langsung di alam dunia. Mereka menyambut dan menanyakan segala
hal kepadanya. Diantara mereka ada yang mengatakan, "Lihatlah saudaramu
yang baru saja datang ini. Dia nampaknya ingin beristirahat". Atau ada
yang mengatakan, "Dia sedang bingung dan nampaknya dalam kesusahan".
Selanjutnya, mereka sama mendatanginya dan menanyakan keadaan keluarganya yang
masih hidup di dunia dan keadaan teman-teman yang mereka kenal di dunia. Atau
ada yang bertanya, "Apakah si Fulan dan si Fulanah sudah menikah
ataukah belum?".
Ibnu Abdud-Dunya meriwayatkan dari hadisnya Sufyan, dari
Amr bin Dinar, dari Ubaid bin Umair. Dia berkata: "Orang-orang di alam
kubur saling menyampaikan kabar. Jika ada yang baru wafat, ia menemui
orang-orang yang sudah lama wafat. Mereka bertanya kepada yang baru wafat,
"Bagaimana kabar si Fulan?". Orang yang baru wafat balik
bertanya, "Apakah kalian belum mendengar kabar wafatnya dan apakah ia
belum menemui kalian?". "Belum", jawab mereka.
Komentar orang yang baru wafat : "Inna lil-lahi wa inna ilaihi roji'un.
Berarti dia menempuh jalan sesat, tidak seperti jalan kalian".
______________________________________________________________
*) Sumber : Disarikan dari :
1). Buku "DZIKRUL
MAUT", tulisan Achmad Suchaimi, penerbit RoudhoH - Surabaya, cet.
1 - Mei 2004.
2). Kitab “AR-RUH”,
tulisan Ibnu Qoyyim Al-Jauzi
sakit matas membacanya
ReplyDeleteGanti warna hurufnya dgn hitam
DeleteSemoga kita termasuk orang2 sholih yg kelak bisa berjumpa dg para anbiya dan orang2 sholih, amin
ReplyDelete