Mungkin ada orang yang berkomentar,
mustahil ruh orang mati dapat bertemu dengan ruh orang hidup. Semua
sekedar mimpi sebagai kembangnya orang tidur, atau akibat pengaruh dari
kejadian-kejadian yang sangat membekas dalam hati, bisikan jiwa, atau dari
rekayasa setan dan lain-lain.
Ibnu Qoyyim menegaskan, komentar orang
semacam itu batil dan tidak bisa diterima.Sebab, jika orang mati itu
memberitahukan tentang harta yang tersimpan di suatu tempat, hutang yang belum
ia bayar, sesuatu peristiwa yang akan terjadi, perihal kematiannya atau
kematian keluarganya, serta berita-berita lainnya, dan ternyata semua yang
dikabarkan itu benar, bisa dibuktikan dan sesuai dengan kenyataan. Lalu
siapakah orang yang terlihat dalam mimpi itu? Apakah ia syetan?. Jika bukan
syetan, lalu siapa? Dan jika yang bermimpi itu orang-orang yang terkenal
kesucian dan kesalehannya seperti para sahabat, tabiin, auliya', ulama dan kaum
shalihin lainnya, lalu mereka menceritakannya kembali dan menyatakan
kebenarannya, apakah lantas mereka telah melakukan kebohongan?
Memang benar, diantara mimpi itu ada
yang terjadi karena pengaruh bisikan jiwa dan gambaran keyakinan. Bahkan banyak
orang bermimpi akibat dari pengaruh berbagai lintasan dalam hatinya, baik yang
sesuai maupun yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Mimpi itu ada tiga macam:
1). Mimpi
yang datangnya dari Allah;
2). Mimpi
dari syetan;
3). Mimpi
akibat dari pengaruh bisikan jiwa.
Mimpi yang shadiqah (yang benar) itu
pun ada beberapa macam,
1). Mimpi
semacam ilham yang disusupkan Allah kedalam hati seseorang. Yakni berupa
bisikan Allah kepadanya sewaktu tidur, sebagaimana yang pernah dialami oleh
sahabat Ubadah bin Shamit dan lainnya.
2). Mimpi
yang disusupkan malaikat yang bertugas untuk itu.
3). Ruh
orang hidup bertemu dengan ruh orang mati, baik itu keluarganya, anak, kawan,
ataupun lainnya.
4). Ruh
yang naik kehadhirat Allah, lalu Allah berfirman kepadanya.
5). Ruh
yang berkelana masuk kedalam surga dan melihat apa saja yang ada didalamnya.
Jadi, bertemunya ruh orang mati dengan
ruh orang hidup didalam tidurnya merupakan bentuk dari mimpi shadiqah. Tidak
sedikit orang yang mengalami dan merasakan buktinya. Dalam hal mimpi ini, ada
beberapa perbedaan pendapat di kalangan ulama. Diantaranya :
1). Semua
ilmu terpendam dalam jiwa. Karena kemampuan ilmu hanya terkait dengan alam
fisik, maka ia terhalang untuk mengetahui ruh. Pada saat tidur, seseorang
terbebas dari kesibukan, sehingga ia dapat bermimpi sesuai dengan peristiwa
yang melatarbelakangi.
2). Mimpi
termasuk ilmu yang disampaikan kepada jiwa secara spontan tanpa ada sebab.
Pendapat ini biasa diungkapkan orang yang mengingkari adanya sebab dan hukum.
Dengan begitu ia tergolong orang yang bertentangan dengan syariat, akal dan
fitrah.
3). Mimpi
merupakan suatu lambang, simbol atau perumpamaan yang disampaikan Allah kepada
seseorang, tergantung dari latar belakang yang dibuat malaikat yang bertugas
menangani mimpi.
Pendapat yang terakhir lebih benar
daripada sebelumnya. Namun mimpi tidak sekedar itu. Di sana ada beberapa sebab
lain yang melatarbelakangi, yang menggambarkan pertemuan beberapa ruh, dimana
ruh yang satu memberitahukan kepada lainnya, serta menggambarkan pengetahuan
ruh tentang segala sesuatu tanpa sarana apapun.
DIALOG UMAR DAN ALI
SOAL MIMPI.
Dalam kitab An-Nafsu war-Ruh,
Abu Abdillah bin Mandah mengkisahkan, bahwa Umar bin Khatthab ra pernah bertemu
Ali bin Abi Thalib. Kata Umar, "Hai Abul Hasan, bisa jadi kamu yang
tahu dan aku tidak, atau aku yang tahu dan engkau tidak. Ada tiga hal yang
perlu aku tanyakan kepadamu. Mungkin engkau tahu sebagiannya".
"Apa itu?", tanya
Ali.
Kata Umar : "Ada orang yang
mencintai seseorang, padahal ia tidak melihat satu kebaikan pun yang melekat
pada orang yang dicintainya itu. Dan ada yang membenci seseorang, padahal ini
ia tidak melihat satupun keburukan pada orang yang dibencinya itu"
Jawab Ali, "Benar, aku pernah
mendengar Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya ruh itu seperti
pasukan yang dimobilisir yang bertemu di suatu tempat, dan mereka pun kadang
merasa bosan. Selama saling mengenal, ruh-ruh itu akan bersatu. Dan jika saling
mengingkari, mareka akan berselisih".
Komentar Umar, "Itu satu.
Persoalan berikut, seseorang berani menyampaikan hadis, padahal ia suka lupa.
Dan justru pada saat lupa itulah ia menyebutkan hadis tersebut".
Jawab Ali, "Itu benar. Aku
pernah mendengar sabda beliau saw, "Tiada dalam hati melainkan ada satu
hati yg terhalang mendung, sebagaimana mendung yang menghalangi bulan pada saat
memancarkan cahayanya. Jika bulan terhalang, tentu saja keadaan alam menjadi
gelap. Sebaliknya jika mendung menghilang, maka keadaan alam menjadi terang.
Sewaktu hati ingin memberitahukan sesuatu, ia lalu terhalang mendung, maka ia
akan menjadi lupa. Jika mendung menghilang, maka ia menjadi ingat kembali".
Komentar Umar, "Itu yang
kedua. Satu lagi, seseorang bermimpi. Diantara mimpinya itu ada yang shadiqah,
benar dan ada yang kadzibah, dusta".
Jawab Ali, "Benar, aku pernah
mendengar beliau saw bersabda, "Tiada seoang pun yang tidur lelap,
melainkan ruhnya dibawa ke 'arasy. Jika tidak bangun sampai ruhnya tiba di
'arasy, maka itulah mimpi yang benar. Jika bangun sebelum ruhnya tiba di
'arasy, maka itulah mimpi yg dusta".
Komentar Umar, "Sejak dulu aku
cari-cari jawaban ketiga hal itu. Alhamdulillah, sekarang aku sudah
mengetahuinya sebelum aku wafat".
Suatu hari Umar bin Khatthab pernah
berkata, sebagaimana yang diceritakan oleh Sulaim bin Amir al-Hadhramiy, "Aku
heran dengan mimpi seseorang, sampai ia dapat melihat sesuatu yang tidak pernah
terlintas dalam pikirannya. Ia dapat memegang tangan dan melihat sesuatu,
padahal itu tidak pernah terjadi padanya".
Jawab Ali, "Wahai Amirul
Mukminin, Allah berfirman :
اَللَّهُ
يَتَوَفَّى اْلأَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَ الَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا
فَيُمْسِكُ الَّتِيْ قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَ يُرْسِلُ اْلأُخْرَى إِلَى
أَجَلٍ مُسَمًّى, إِنَّ فِيْ ذَالِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ
Artinya: “Allah
memegang jiwa orang ketika matinya dan memegang jiwa orang yang belum mati
dikala tidurnya, maka Dia tahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya
dan Dia lepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang diten-tukan" (QS
Az-Zumar : 42).
Ali
menambahkan, "Ruh seseorang itu dibawa naik ketika tidurnya. Apa yang ia
lihat di langit, itu adalah benar. Ketika ruh itu dikembalikan ke jasadnya,
syetan lantas menyeretnya ke udara dan mendustakannya, sehingga mimpinya saat
itu menjadi batil".
PANDANGAN
ULAMA SALAF
Ruh-ruh orang
yang masih hidup dapat saling bertemu, sebagaimana pertemuan antara ruh orang
yang mati dan yang hidup. Diantara mereka ada yang mengatakan : "Ruh-ruh
itu saling bertemu di angkasa, saling mengenal dan mengingat. Malaikat urusan
mimpi mendatangi ruh itu dan menampakkan gambaran yang baik dan buruk. Allah
mengutus malaikat tersebut mendatangkan mimpi yang benar, memberinya kabar dan
mengilhamkan pengetahuan tentang setiap jiwa, nama dan keadaannya yang
berkaitan dengan urusan agama, dunia dan tabiatnya, secara jelas dan tidak
meleset. Malaikat itu membawa lembaran ilmu ghaib Allah dari Ummul Kitab
sesuai dengan kebaikan dan keburukan urusan agama dan dunianya. Dia diberi
perumpamaan, perlambang dan gambaran bentuk sesuai kebiasaannya. Dia terkadang
diberi kabar gembira akibat kebaikan amalnya, diberi peringatan akibat dari
keburukan amalnya, diberi peringatan tentang sesuatu yang tidak disenanginya
dan diberi sebab-sebab yang dapat menghindarkan diri darinya, dan terkadang
diberi hikmah atau kemaslahatan lain melalui mimpinya sebagai rahmat dan wujud
kemurahan Allah kepadanya. Allah memberi salah satu dari kesemuanya itu melalui
bertemunya beberapa ruh yang kemudian saling mengingatkan. Tidak sedikit orang
yang bertaubat, menjadi baik dan hidup zuhud hanya karena mimpi. Dan tidak
sedikit pula orang yang memperoleh harta karun hanya berda-sarkan informasi
mimpi".
Umair bin
Wahab, setelah masuk Islam, pernah bermimpi bertemu dengan seseorang yang
mengatakan kepadanya, "Bangun dan datanglah ke tempat ini dan itu di
suatu rumah, kemudian galilah, maka kamu akan mendapatkan harta warisan ayahmu".
Ayahnya memang kaya raya, tetapi ia keburu wafat sebelum sempat berwasiat.
Setelah bangun dari tidurnya, Umair langsung melaksanakan apa yang dikatakan
seseorang dalam mimpinya itu. Dan benar, ternyata di sana ditemukan 10.000
dirham dan biji emas yang banyak, sehingga ia dapat melunasi hutangnya dan
menjadi kaya raya. Puteri terkecilnya berkomentar, "Wahai ayah, Tuhan
kita benar-benar mencintai kita dengan agama Islam. Dia lebih baik daripada
Hubal dan Uzza. Sekiranya ayah tidak masuk Islam, harta benda itu tentu tidak
akan ditunjukkan dan ayah akan menyembah Hubal selamanya".
Ibnul Qayyim
sendiri sering diberitahu banyak orang, bukan hanya satu orang. Mereka mimpi
bertemu dengan Ibnu Taimiyah yang sudah wafat. Mereka bertanya kepadanya dalam
mimpinya tentang beberapa persoalan faraidh yang terkenal sangat rumit dan
beberapa persoalan lainnya, yang kemudian dijawab secara benar dan memuaskan.
Akhirul kalam. Persoalan
bertemunya ruh orang yg wafat dan ruh orang yang masih hidup melalui mimpinya
ini telah diyakini dan dibuktikan kebenarannya, serta tidak diingkari kecuali
oleh orang-orang yang dungu dan tidak mengetahui rahasia, hukum-hukum dan
keberadaan ruh.
*) Sumber : Disarikan dari :
1). Buku "DZIKRUL MAUT, mengintai perjalanan ruh orang mati", tulisan Achmad Suchaimi, dengan Kata Pengantar (Taqdim) oleh KH A. Mustofa Bisri, penerbit RoudhoH - Surabaya, cet. 1 - Mei 2004.
2). Kitab “AR-RUH”, tulisan Ibnu Qoyyim Al-Jauzi
No comments:
Post a Comment