Pengalaman
mati suri, mati lalu hidup kembali, ternyata
dirasakan oleh beberapa orang, diantaranya dirasakan oleh Subur Satyawan
(selama 20 menit, thn 2000}, Cucu Valianto (selama 2 jam, thn. 2009), Agust
Melasz (thn 70-an), dan Aslina Az-Zahra (26-08-2006)..
(1). SUBUR
SATYAWAN
atau lebih akrab dipanggil Samson. Samson yang masa mudanya dipenuhi dengan
kehidupan foya-foya, main judi dan main perempuan, serta tidak bertanggung
jawab kepada keluarganya, akhirnya mampu berubah menjadi suami dan ayah yang
baik bagi istri dan keluarganya. Titik balik kehidupannya bermula saat Samson
‘disentil’ Tuhan, ia mengalami mati selama kurang lebih 20 menit pada tahun
2000. Seorang mantri kesehatan sempat menyatakan, bahwa secara medis ia sudah
tidak bernyawa. Pada saat itulah, Samson mengaku bisa merasakan tubuhnya
tertarik ke atas lepas dari badan, serta sempat melihat istri dan anak disekitarnya.
Ia merasa dibawa oleh dua orang berjubah hitam berbadan besar yang dianggapnya
setan dan akan membawanya ke neraka. Namun ternyata saatnya belum tiba. “Saya
sempat berjanji akan hidup di jalan Tuhan, dan menolak mengikuti dua orang
itu,” cerita Samson. Tuhan ternyata mendengar doanya dan memberinya kesempatan hidup
kedua kalinya. Maut batal menjemputnya saat itu. Ia siuman kembali di hadapan
istrinya.
(2). CUCU
VALIANTO,
alias Cucu Ripet, seorang pemain saxophone senior pernah mengalami mati suri
tahun 2009. Saat sedang berada di kamar mandi, ia anfal jantung. Cucu yang
sedang bersiap-siap untuk rekaman itu, akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Saat
menjalani operasi kedua setelah sempat gagal pada operasi pertama, mendadak
denyut jantungnya berhenti. Dokter menyatakan, secara medis ia sudah meninggal
dunia. Alat-alat bantu operasi dilepas dari dirinya, dan ia ditinggalkan dokter
selama dua jam lebih. Pada saat itulah Cucu mengaku seperti bermimpi sedang
berlari-lari di sebuah bukit bersama ribuan orang lainnya, yang semuanya
berwajah serupa. Menurutnya, ada sebuah pintu di puncak bukit yang mereka daki
bersama-sama itu. “Saat itu saya berlari tanpa henti dan tidak merasa lelah,
untuk mencapai pintu gerbang. Namun pada saat sampai di depan pintu, langsung
ditutup penjaganya karena katanya sudah penuh”, kenang Cucu. Saat itulah,
jantungnya berdenyut kembali dan dokter kembali disibukkan mengurusi mantan
mayat Cucu. Pasca kejadian itu, Cucu mengaku mengalami sejumlah mukjizat, yang
membuatnya semakin yakin akan kekuasaan Tuhan.

(4). Pengalaman Mati
Suri yang paling dahsyat diceritakan oleh ASLINA AZ-ZAHRA, seorang warga
Bengkalis yang mati suri pada 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia sekitar 25
tahun itu memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut dan peristiwa apa saja yang
disaksikan ruhnya selama mati suri.

Malam harinya Aslina gelisah luar biasa, lantas dibawa kembali ke R.S.
Mahkota sekitar pukul 12 malam, masuk ke unit gawat darurat (UGD). Saat itu
detak jantungnya tidak karuan dan napasnya pun sesak, lantas ia dibawa keluar
UGD dan masuk ke ruang perawatan Intensif. Di ruangan itu, Aslina seperti orang
ombak (menjelang sakratulmaut, red). Pamannya pun mengajarkan kalimat thoyyibah
dan syahadat padanya. Selang beberapa waktu, dalam pandangan sang paman, Aslina
menghembuskan nafas terakhir (= wafat).
Usai Rustam Effendi memberi pengantar, seterusnya Aslina memberikan
kesaksiaanya : ''Mati adalah pasti. Kita ini calon-calon mayat, calon
penghuni kubur”, begitu ia mengawali kesaksiaanya setelah meminta seluruh
hadirin yang memenuhi Grand Ball Room Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru tersebut membacakan
shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Tak lupa ia juga menasehati jamaah untuk
memantapkan iman, memperbanyak amal shaleh, dan meningkatkan ketakwaan sebelum
mati datang.
''Saya telah merasakan mati,'' ujar anak yatim itu dan hadirin pun terpaku
mendengarkan kesaksiannya.”Sungguh, terlalu sakit mati itu”. Diceritakannya,
bahwa rasa sakit ketika nyawa dicabut itu seperti sakitnya kulit hewan yang ditarik/dikoyak
dari dagingnya. Bahkan lebih sakit lagi. Kata Aslina, ''Terasa bahwa
malaikat mencabut nyawa dari kaki kanan saya''. Di saat itu ia sempat dituntun
(talqin) oleh pamannya membaca kalimat thoyibah. ''Saat nyawa di ujung
napas, saya berzikir. Sungguh sakitnya, Pak, Bu”, ulangnya di hadapan lebih
dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.

''Malaikat itu besar. Kalau memanggil, jantung rasanya mau
copot, gemetar,''ujar Aslina. “Lalu malaikat itu bertanya: siapa Tuhanmu,
apa agamamu, dimana kiblatmu dan siapa nama orangtuamu.“
Ruh Aslina menjawab semua pertanyaan tersebut dengan lancar. Ia lantas
dibawa ke alam barzah. ”Tak ada teman kecuali amal,” tambah Aslina.
Seperti pengakuan pamannya, Aslina bukan seorang pendakwah, tapi
malam itu ia tampil memberikan kesaksian bagaikan seorang muballighah.
Di alam barzah ia melihat seseorang ditemani oleh sosok yang
mukanya berkudis, badannya berbulu dan mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok
itu adalah amal buruk dari orang tersebut.
Aslina melanjutkan. ”Bapak, Ibu, ingatlah mati,” sekali lagi ia
mengajak hadirin untuk bertaubat dan beramal sebelum ajal menjemput.
Aslina melanjutkan kesaksiannya, bahwa ruhnya di alam barzah
tersebut dipimpin oleh dua orang malaikat. Saat itu
ia ingin sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu ia memanggil malaikat itu dengan
''Ayah'' : ''Wahai ayah, bisakah saya
bertemu dengan ayah (asli) saya”, tanyanya. Lantas muncullah satu sosok
muda yang berusia antara 17-20 tahun. Ruh Aslina tidak mengenalnya, karena
ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun. Dan ernyata benar, bahwa sosok muda
itu adalah ayahnya sendiri. Ruh Aslina mengucapkan salam ke ruh ayahnya dan
berkata: “Wahai ayah, janji saya telah sampai”.
Mendengar hal itu, ruh ayahnya menangis, lalu
berkata kepadanya : “Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu”. Ruh Aslina pun menjawab : “Saya tak bisa
pulang, karena janji telah sampai”.
Usai menceritakan dialog tersebut, Aslina
mengingatkan kembali kepada hadirin : “Alam barzah, akhirat, surga dan neraka
itu betul ada. Akhirat adalah kekal”, ujarnya bak seorang pendakwah.
Setelah itu, ruh ayahnya menunduk, dua
malaikat lantas memimpinnya kembali. Di tengah perjalanan, ruh Aslina bertemu dengan perempuan yang
beramal shaleh yang mukanya bercahaya dan wangi. Kemudian ia dibawakan kursi
yang empuk dan didudukkan di kursi tersebut, dan di sebelahnya terdapat seorang
perempuan cantik yang auratnya tertutup. Ruh Aslina bertanya kepada perempuan
itu : “Siapa kamu?”. Dan dijawabnya : “Akulah (amal) kamu”.
Selanjutnya ia dibawa bersama dua
malaikat dan amalnya tersebut berjalan menelusuri lorong waktu, melihat
penderitaan manusia-manusia yang sedang disiksa. Di sana ia melihat seorang laki-laki
yang memikul besi seberat 500 ton, tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya
koyak-koyak dan baunya busuk menjijikkan. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya :
“Siapa manusia ini?”. Dan dijawabnya, bahwa orang tersebut ketika hidupnya suka
membunuh orang.
Kemudian dilihatnya orang yang kulit dan
dagingnya lepas. Ruh Aslina bertanya lagi kepada amalnya tentang orang
tersebut, dan dijawabnya, bahwa manusia tersebut tidak pernah shalat.
Lalu tampak pula oleh ruh Aslina seseorang
yang dihunjamkan besi ke tubuhnya. Ternyata orang itu adalah manusia yang suka
berzina.
Tampak juga orang yang saling bunuh, dan
ternyata orang itu ketika hidup di dunia suka bertengkar dan mengancam orang
lain.
Dilihatkan juga pada ruh Aslina, orang
yang ditusuk-tusuk dengan 80 tusukan. Setiap tusukan terdapat 80 mata pisau
yang tembus ke dadanya, lalu berlumuran darah. Orang tersebut menjerit dan
tidak ada yang mau menolongnya. Ruh Aslina bertanya pada amalnya tentang
penyebabnya, dan dijawabnya bahwa orang tersebut selama hidup di dunia suka membunuh.
Ada pula orang yang dihempaskan ke tanah
lalu dibunuh. Orang tersebut adalah anak yang durhaka, tidak mau memelihara dan
memenuhi kebutuhan orang tuanya ketika di dunia.
Perjalanan menelusuri lorong waktu terus
berlanjut. Sampailah ruh Aslina pada suatu malam yang gelap, kelam dan sangat
pekat sehingga dua malaikat dan amalnya yang ada disisinya tidak tampak lagi.
Tiba-tiba muncul suara orang-orang mengucap Subnallah, Alhamdulillah dan
Allahu Akbar. Dan tiba-tiba pula ada yang mengalungkan sesuatu di lehernya.
Kalung itu ternyata tasbih yang memiliki biji 99 butir.
Perjalanannya pun berlanjut. Ruh Arlina
melihat tepak tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan cahaya. Di belakang
tepak itu terdapat gambar Ka’bah. Di dalam tepak terdapat batangan emas. Ruh
Aslina bertanya kepada amalnya tentang tepak itu. Amalnya menjawab, bahwa tepak
tersebut adalah husnul khatimah (Yakni keadaan dimana manusia pada akhir
hayatnya dalam keadaan berbuat baik,red).
Selanjutnya ruh Aslina mendengar ada
suara azan seperti azan di Mekkah. Ia pun mengatakan kepada amalnya : “Sayamau
shalat”. Kedua malaikat yang
memimpinnya lantas melepaskan tangan ruh Aslina.
Selanjutnya ruh Aslina kembali dipimpin untuk melihat Masjid Nabawi, dan diperlihatkan pula kepadanya makam Nabi Muhammad SAW. Di makam tersebut batangan-batang an emas di dalam tepak ”husnul khatimah” mengeluarkan cahaya terang. Berikutnya ruhnya melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil. Cahaya itu pun bicara kepada ruhnya : “Tolong kau sampaikan kepada umat, agar bersujud di hadapan Allah”.
Ruh Aslina lantas menyaksikan miliaran
manusia dari berbagai abad berkumpul di satu lapangan yang sangat luas. Jarak antara
dia dengan kumpulan manusia tersebut sekitar lima meter. Mereka berteriak, “Cepatkan
kiamat…. Aku tak tahan lagi di sini, Ya Allah…..”. Mereka juga memohon, “Tolong kembalikan
aku ke dunia… Aku mau beramal”.
Begitulah di antara cerita Aslina tentang
apa yang dilihat ruhnya saat ia mati suri. Dalam kesaksiaannya ia senantiasa
mengajak hadirin agar segera bertaubat
dan beramal shaleh, serta tidak melanggar aturan Allah.
======================
Setelah kesaksian Aslina tersebut, instruktur
Pelatihan ESQ, Legisan Sugimin, yang telah mendapat lisensi dari Ary Ginanjar (penulis
buku, sekaligus penemu metode Pelatihan ESQ), menjelaskan bahwa “Apa yang
disampaikan oleh Aslina, merupakan suatu bukti kebenaran yang ditunjukkan Allah
kepada kita semua”, ujarnya.
Legisan Sugimin selanjutnya mengemukakan, mungkin diantara alumni
ESQ yang hadir pada Ahad (24/9) malam itu ada yang tidak percaya atau ragu
terhadap kesaksian Aslina. Tapi yang jelas, lanjutnya, bahwa fenomena MATI
SURI dan apa yang disaksikan oleh orang yang mati suri tersebut pernah
diteliti ilmuan Barat. Seorang peneliti dan peraih gelar doktor filsafat dari
Universitas Virginia, Dr Raymond A Moody, pernah meneliti fenomena “mati
suri” ini dan hasilnya, bahwa orang yang mati suri rata-rata memiliki
pengalaman yang hampir sama, yaitu masuk lorong waktu dan ingin dikembalikan
lagi ke dunia. Hasil penelitian Dr. Raymond tentang Mati Suri ini dapat
dibaca di buku “Life After Life”, atau di situs : www.lifeafterlife.com
Legisan Sugimin menggarisbawahi
pernyataan Dr Raymond A Moody Jr berkaitan dengan hasil penelitiannya, bahwa orang
yang mati suri itu dibawa masuk ke lorong waktu, dan di sana ia melihat rekaman
seluruh apa saja yang pernah ia lakukan selama hidupnya di dunia, lalu di akhir
pengakuannya, orang yang mati suri itu berkata : “Aku ingin agar dapat kembali
dan membatalkan semuanya”.
Dengan demikian berarti ada kesamaan
antara kesaksian ruh Aslina terhadap milyaran manusia yang berteriak-teriak
ingin dikembalikan lagi ke dunia agar dapat beramal shaleh, dengan akhir hasil penelitian
Raymond yang menyebutkan keinginan mereka agar dapat kembali dan membatalkan
semuanya.
Kesaksian dari keduanya tersebut sangat
sesuai dengan firman Allah :
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنَ (99). لَعَلِّيْ أَعْمَلُ صَالِحًا فِيْمَا
تَرَكْتُ. كَلاَّ,
إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِـهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ
يُبْعَثُوْنَ (100).
"Hingga apabila datang kematian kepada
seseorang dari mereka,
dia berkata:''Ya, Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).''(99) . Agar aku
berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding
sampai hari mereka dibangkitkan. (100)”. { QS. Al-Mukminun, [2] : 99-100}.
Sebagai penguat dalil agar manusia
bertaubat, dikutipkan juga QS Az-Zumar [39]: 54
وَ أَنِيْبُوْا إِلَى رَبِّكُمْ وَ
أَسْلِمُوْا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لاَ
تُنْصَرُوْنَ (54).
''Dan kembalilah kamu
kepada Tuhan-Mu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu
kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).'' { QS. Az-Zumar, [39]: 54}
=================================================
*) SUMBER :
Tulisan tersebut disadur, diramu dan dapat dilacak dari
beberapa sumber berikut :
2. http://hikmah.pelitaonline.com/news/2013/05/03/kesaksian-aslina-ketika-ia-mati-suri#.UdT_k3lSlkg
3. http://bagindaery.blogspot.com/2013/03/kisah-nyata-mati-suri-menyaksikan.html#sthash.ITOTHTRJ.dpuf
4. www.youtube.com/watch?v=zm0tI5U7EjU
5. http://minyak-ijo.blogspot.com/2013/06/kesaksian-orang-mati-suri.html
6. http://ratnadwiyulintina.blogspot.com/2013/06/kesaksian-orang-mati-suri.html
7. http://yozzasaqira.blogspot.com/2013/05/kisah-nyata-mati-suri-menyaksikan-siksa.html
8. http://ustadchandra.wordpress.com/.../mati-suri-2-jam-mengaku-melihat-alam-...
9. http://ntpshipz.wordpress.com/2013/.../kesaksian-seorang-yang-pernah-mati-suri/.
10. http://m.jakartapress.com/read/detail/7561/august-melasz-pernah-mati-suri/
No comments:
Post a Comment