Kaum ateis, zindiq dan bahkan segelintir orang Islam
mengingkari kenyataan adanya siksa kubur, pertanyaan munkar nakir, sempit dan
luasnya ruang kubur, taman surga dan sejenisnya. Kata mereka, "Kami sudah
membongkar kuburan, ternyata tidak ditemukan malaikat munkar-nakir, tidak
ditemukan bekas-bekas siksaan; tak ada palu, linggis atau alat pemukul besi
lainnya; tidak ada kalajengking, ular,
kobaran api dan lainyya. Badan mayat yang pada saat matinya bagus atau terpotong
kakinya atau terkena tusukan tombak, ternyata tetap seperti semula. Demukian
pula luas ruang kuburnya juga tetap seperti itu, tak ada perluasan dan
penyempitan.
Sementara golongan ahli bid'ah dan sesat lainnya
mengatakan: "Setiap Hadis yang tidak dapat diterima akal dan perasaan, itu
menunjukkan kesalahan dan kebodohan orang yang mengatakannya. Kami pernah
melihat orang mati diatas palang salib sekian lama, ternyata tidak terlihat
malaikat yang menanyainya, tidak terdengar jawabannya, dan tubuhnya tidak
bergerak. Orang yang mati dimakan ikan paus dan binatang buas lainnya, lalu
bagian-bagian tubuhnya bercereran di mana-mana, bagaimana mungkin ia bisa
ditanya kalau keadaannya tercecer seperti itu? Dan bagaimana mungkin kuburan
seperti itu bisa berubah menjadi taman surga atau kubangan api, serta menjadi
luas dan sempit?".
Menanggapi pengingkaran di atas, Ibnul Qayyim dalam buku
Ar-Ruh memberikan sanggahannya :
Sanggahan
Pertama.
Para Nabi dan Rasul tidak pernah mengabarkan sesuatu
yang dianggap mustahil secara akal. Sesuatu yang mereka kabarkan itu ada yang
secara langsung dapat ditangkap oleh akal dan ada yang tidak mampu ditangkap
akal saja, tapi harus dibarengi dengan iman. Contohnya persoalan ghaib semisal
rincian kondisi di alam barzakh, keadaan di akhirat (surga dan neraka), pahala
dan siksa, dan semisalnya.
Pada dasarnya, pengabaran para Nabi dan Rasul secara
akal tidaklah mustahil. Jika ada yang memandangnya sebagai sesuatu yang
mustahil dan tidak masuk akal, hal ini tidak lepas dari salah satu dari dua
sebab: (1) Bisa jadi pengkabaran itu mereka anggap bohong dan dusta sehingga
mereka katakan tidak masuk akal. (2) Adanya keterbatasan akal manusia, atau
bisa jadi akal mereka sendiri yang tidak waras dan tidak beres, sehingga tidak
mampu menangkap sesuatu kebenaran yang ada di hadapannya.
Sanggahan
Kedua.
Pemahaman yang buruk dan kesalahpahaman terhadap firman
Allah (Al Qur`an) dan sabda Rasulullah saw (Hadis) dapat menyebabkan seseorang
melakukan bid'ah dan berpendapat ngawur. Sesatnya kaum muktazilah, jabbariyah,
murji'ah, rafidhah, dan sekte sesat lainnya adalah lebih disebabkan oleh
kesalahpahaman dan keburukan pemahaman mereka terhadap Islam. Mereka hanya
menjadikan hawa nafsu sebagai panglimanya, dan bukannya wahyu.
Sanggahan
Ketiga.
Allah menciptakan manusia terdiri dari badan dan ruh.
Kemudian menetapkan 3 tahapan tempat tinggal : (1) alam dunia, (2) alam
barzakh, dan (3) alam kekekalan (surga dan neraka). Masing-masing tempat
tinggal itu memiliki hukum sendiri-sendiri.
Hukum-hukum dunia berlaku untuk badan dan ruh yang
menyertainya. Oleh karena itu, hukum syari'at diatur berdasarkan apa yang
nampak pada gerakan lisan dan anggota badan, dan bukan pada jiwa (gerakan
hati). Sedangkan hukum barzakh berlaku dan didasarkan kepada ruh dan badan yang
menyertainya.
Di alam dunia, ruh lah yang harus mengikuti badan dalam
hukum-hukum dunia, sehingga ruh ikut merasa senang dan menderita dikarenakan
kesenangan dan penderitaan badan. Sedangkan di alam barzakh, badan harus
mengikuti ruh dalam kenikmatan dan siksaan.
Di alam dunia, badan merupakan sesuatu yang nampak dan
ruh merupakan sesuatu yang tersembunyi. Jadi, badan bagaikan kuburan bagi ruh.
Sedangkan di alam barzakh, ruh merupakan sesuatu yang nampak, dan badan adalah
sesuatu yang tersembunyi didalam kuburnya.
Hukum-hukum barzakh berlaku berdasarkan ruh, maka segala
kenikmatan dan siksaan yang dirasakan oleh ruh berpengaruh dan menjalar ke
badan. Sedangkan hukum-hukum dunia berlaku berdasarkan badan, maka segala
kenikmatan dan siksaan yang dirasakan badan berpengaruh dan menjalar ke
ruh.
Kenali dan pahami betul persoalan di atas, agar
kerancuan berfikir dan keraguan hati anda menjadi hilang.
Ilustrasi : Mimpi di tengah tidur.
Pada saat itu, yang merasakan kenikmatan dan siksaan
hanyalah ruh, sedangkan badan sekedar mengikutinya. Apa yang dirasakan ruh saat
bermimpi, ternyata berpengaruh pada badan dan nyata buktinya. Misalnya saja,
seseorang bermimpi tangannya dipukul, ruhnya merasakan sakit. Setelah bangun
dari tidurnya, dia memang merasakan sakit di tangannya persis seperti yang
dialaminya saat mimpi. Demikian pula
mimpi-mimpi yang menyenangkan atau yang menakutkan lainnya.
Mungkin Anda pernah menyaksikan orang yang tidur
tiba-tiba bangun (Jawa: ngelindur), lalu berjalan-jalan, pindah tempat,
memukul, mendorong, atau ngomong sendiri, tertawa, menangis dan lain-lain.
Seolah-olah saat itu ia dalam keadaan sadar atau jaga, padahal sedang tidur dan
(badannya) tidak merasa melakukan perbuatan seperti itu. Setelah ia terjaga dan
sadar, coba Anda tanyakan kepadanya, mengapa ia melakukan perbuatan tersebut,
tentu ia tidak merasa melakukannya. Karena hukum yang berlaku saat itu adalah
untuk ruh, sehingga ruh lah yang berperan (merasakan nikmat dan siksa),
sementara badan hanya mengikuti atau terkena akibatnya.
Yang lebih menakjubkan, seseorang tidur di satu ranjang
dan yang lain di tidur disebelahnya. Yang satu ruhnya merasakan kenikmatan
(kesenangan) di tengah tidurnya dan pengaruhnya nampak pada badannya. Sementara
yang lain merasakan siksaan (ketakutan) dan bekasnya nampak pada badannya.
Keduanya tidak saling mengetahui apa yang telah terjadi pada masing-masing.
Jika ruh dapat merasakan seperti itu, dan badan hanya
mengikutinya, maka begitu pula yang berlaku di alam barzakh, bahkan keadaannya
lebih ngeri lagi. Di alam ini, kemandirian ruh lebih kuat dan sempurna, namun
tetap terkait dengan badan dan tidak terputus sama sekali. Dan ketika yaumul ba'ats, di saat manusia
bangkit dari kuburnya, maka hukum yang berlaku adalah "Kenikmatan dan
siksaan dirasakan atau berlaku terha-dap ruh dan badan secara
bersama-sama".
Sanggahan
Keempat.
Hal-hal yang
berkaitan dengan akhirat merupakan persoalan ghaib yang sengaja dibuat untuk
tidak dapat diketahui manusia di dunia, dan hanya Allah swt yang lebih
mengetahuinya secara pasti. Manusia hanya diberi sedikit pengetahuan tentangnya
melalui firman-Nya dan lisan Rasulullah saw. Hal ini sebagai batu ujian untuk
membedakan mana yang beriman dan mana yang tidak.
Pada awal proses kehidupan menuju ke akhirat, malaikat
Izrail turun dan langsung duduk di dekat orang yang akan mati, lalu diikuti
turunnya para malaikat sambil membawa kain kafan dan keranda mayat mengelilingi
orang yang akan wafat. Orang yang akan wafat dapat melihat dan menyaksikan
dengan mata kepalanya kehadiran mereka, serta mendengar pembicaraan mereka.
Sementara kaum kerabat dan sahabat yang hadir di situ tidak mampu menyaksikan
apa yang sedang dialami orang itu. Para malaikat pun juga ikut mengamini doa
orang-orang yang hadir di situ. Para malaikat mengucapkan salam kepada orang
itu, dan ia terkadang menjawab salam mereka dengan ucapan, dengan isyarat, atau
dengan hatinya. Oleh karena sesuatu hal, ia tidak mampu mengucapkan dan memberi
isyarat. Bahkan sebagiannya ada yang menyambut mereka dengan ucapan: "Ahlan
wa sahlan wa marhaban". Peristiwa seperti ini telah disinggung Allah
swt didalam firman-Nya di akhir surat Al-Waqi'ah : 83-96.
Cukup banyak atsar-atsar yang menceritakan
peristiwa ini. Diantaranya adalah kisah wafatnya Umar bin Abdul Aziz seperti
yang diketengahkan oleh Ibnu Abid-Dunya. Umar yang saat itu sedang sakit
memerintahkan para pembantunya untuk mendudukkannya. Selanjutnya dia
mengucapkan: "(Ya Allah), Engkau telah memerintahkan aku, lalu aku
mengabaikannya. Engkau telah melarangku, lalu aku durhaka. (diucapkan tiga
kali). Tetapi, La ilaha illallah, tiada tuhan selain Allah". Kemudian
dia mengarahkan kepalanya ke atas dan
memusatkankan pandangannya pada suatu titik tertentu. Orang-orang di sekitarnya
bertanya, "Kenapa engkau memandang
seperti itu, wahai Amirul Mukminin?". "Aku menyaksikan
sekumpulan orang. Mereka nampaknya bukan manusia dan bukan jin", jawabnya.
Tidak berapa lama kemudian Umar bin
Abdul Aziz wafat.
Kisah Khair an-Nassaj yang cukup terkenal. Sewaktu
menjelang wafatnya, dia berkata-kata sendiri. Nampaknya ia sedang berdialog
dengan malakul maut yang memberitahunya untuk dicabut nyawanya : "Sabar,
sabar. Semoga Allah memberimu afiat. Apa yang diperintahkan kepadamu tidak akan
dapat dihindari. Dan apa yang diperintahkan kepadaku juga tidak akan lolos".
Selanjutnya ia minta air untuk wudhu dan ia pun shalat. Kemudian ia berkata,
"Sekarang laksanakan apa yang telah diperintahkan Tuhanmu kepadamu".
Setelah itu, Khair an-Nassaj meninggal dunia.
Dikisahkan dari Fadhalah bin Dinar : Sewaktu menjelang
ajal, Muhammad bin Wasi' berkata kepada Malakul maut yang ia saksikan, "Selamat
datang wahai para malaikat. Laa haula walaa quwwata illaa billah".
Saat itu pula Fadhalah mencium bau yang sangat harum yang tidak pernah ia temui
sebelumnya. Setelah seseorang melihat matanya, ternyata ia sudah wafat.
MISTERI KEMATIAN.
Berikut ini ringkasan tentang misteri proses
kematian yang dijelaskan oleh beberapa riwayat shahih, namun tidak mampu
disaksikan oleh orang-orang yang masih hidup di sekitarnya.
1). Ketika akan mencabut nyawa,
malaikat Izrail berkata kepada orang itu agar ruhnya keluar, namun orang-orang
yang hadir tak mampu melihat dan mendengarnya.
Allah
swt secara gamblang menjelaskan pencabutan nuawa didalam firman-Nya :
وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُوْنَ فِيْ غَمَرَاتِ
الْمَوْتِ وَ الْمَلائِـكَةُ بَاسِطُوْا أَيْدِيْهِمْ أَخْرِجُوْا أَنْفُسَكُمُ
الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَقَوْلُوْنَ عَلَى
اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُوْنَ
"Alangkah
dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada)
dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan
tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu
dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan
terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu
menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.." (QS Al-An'am : 93)
2). Saat keluar dari badan, ruhnya
berbau wangi (bagi mukmin) atau busuk (bagi kafir, munafik, fasik), namun
mereka yang hadir tak mampu mencium baunya.
3). Ruh lalu dibawa para malaikat ke
langit dan mereka yang hadir tak mampu menyaksikannya.
4). Setelah itu, ruh datang lagi
menyaksikan badannya yang sedang dimandikan, dikafani, dishalati dan diusung,
sambil berkata: "Bawalah aku!", atau "Aku akan kalian
bawa kemana?". Dan tak seorang
pun yang hadir mendengarnya saat itu.
5). Sewaktu jenazah diletakkan di liang
kubur dan tanah diratakan, Munkar dan Nakir datang. Tanah, batu, cor-coran
liang kubur, dan bahkan jin pun tak mampu menghalangi kedatangan kedua malaikat
itu. Tidak ada seorang pun pelayat yang menyaksikannya.
6). Liang kubur dapat menjadi luas atau
menyempit sampai meremukkan tulang-tulang, ini adalah bagi si ruh, dan bukan
bagi badan. Badan tetap menempati liang seukur badannya. Kalaupun ada orang
yang menggali lubang bekas kuburan, lalu menemukan tulang-tulang dalam keadaan
tidak remuk, hal ini bukan berarti tidak ada siksa kubur. Boleh jadi Allah
telah mengembalikannya ke keadaan semula, yakni sebelum tulang remuk
berceceran.
7). Kuburan merupakan kubangan neraka
(bagi orang kafir) dan taman surga (bagi orang mukmin). Kobaran api dan
tetumbuhan hijau di alam kubur tidak sama dengan api dan tetumbuhan di alam
dunia. Api yang dirasakan mayit di alam kubur itu lebih panas daripada api di
dunia, dimana yang masih hidup tidak bisa
merasakannya. Kalaupun ada orang hidup yang lewat di atas tanah kuburan
orang kafir, ia tentu tidak akan merasakan panasnya tanah tersebut, namun
penghuninya merasa sangat panas.
8). Yang lebih menakjubkan, satu liang
kubur yang ditempati dua orang mayit yang berbeda amalnya, masing-masing mayit
itu tidak bisa merasakan apa yang sedang dialami dan dirasakan oleh temannya
itu, satu di taman surga dan yang lain di kubangan neraka.
Dari
sini dapat disimpulkan, bahwa apa yang dikatakan orang zindiq, ateis dan ahli
bid'ah yang megingkari adanya siksa
kubur merupakan usaha pendustaan terhadap kebenaran firman Allah dan sabda
Rasulullah saw.
Sanggahan
Kelima.
Persoalan
siksa dan nikmat kubur termasuk masalah ghaib dan dirahasiakan, sehingga
manusia tidak dapat melihat dan mendengar kejadian didalam kubur . Salah satu
hikmahnya adalah sebagai ujian apakah seseorang mengimani hal-hal yang ghaib
semisal siksa dan nikmat kubur ataukah tidak. Jika tidak dirahasiakan, maka
tidak ada artinya iman kepada hal yang ghaib.
Namun
Allah swt Maha Kuasa dan Berkehendak. Kalau Dia menghendaki hamba-Nya untuk
mengetahui yang ghaib, maka tidak mustahil bahwa Tabir tebal yang menutupi
keghaiban selama ini akan menjadi tersingkap, sehingga ia mampu menyaksikan apa
terjadi di alam itu seperti siksa dan nikmat kubur. Misalnya Rasulullah saw
mampu melihat dan mendengar seseorang yang disiksa didalam kuburnya. Begitu
pula beberapa sahabat, tabiin, kaum shalihin dan orang awam lainnya.
Ibnu
Abid-Dunya meriwayatkan dalam Kitabul Qubur dari Asy-Sya'bi, bahwa
seorang sahabat bilang kepada Rasulullah saw : "Aku berjalan di daerah
Badar. Tiba-tiba aku melihat seseorang muncul dari dalam tanah. Ia dipukuli
orang lain dengan cambuk besi, hingga orang itu lenyap dari permukaan tanah.
Lantas ia muncul lagi dan dipukuli sampai lenyap dari permukaan tanah".
Beliau saw bersabda, "Orang yang dipukuli itu adalah Abu Jahal bin
Hisyam. Dia disiksa seperti itu sampai hari kiamat" .
Ibnu
Abid-Dunya juga meriwayatkan hadisnya Sufyan, dari Dawud bin Shabur, dari Abu
Quza'ah, dia berkata: "Kami melewati mata air diantara daerah kami dan
Basrah. Tiba-tiba kami mendengar ringkikan keledai. Kami tanyakan suara itu
kepada penduduk. Mereka bilang : "Itu suara seseorang yang kuwalat oleh
ibunya, karena ia pernah marah dan berkata kasar kepada ibunya: 'Meringkiklah
terus dengan ringkikanmu'. Setelah orang itu meninggal dunia, dari arah
kuburnya terdengar suara ringkikan tersebut setiap malam".
Amr
bin Maimun pernah mendengar kisah dari khalifah Umar bin Abdul Aziz: "Aku
termasuk orang yang meletakkan jenazah Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik di
liang kuburnya. Aku melihat kedua lututnya tiba-tiba menekuk sendiri hingga
menempel lehernya. Anaknya yg ikut menyaksikannya bertanya: 'Apakah ayahku
masih hidup? '. Aku jawab, bahwa dia sudah wafat". Setelah kejadian itu, Umar mendapatkan
pelajaran berharga. Sewaktu melantik Yazid bin Maghlab sebagai gubernur di
Irak, dia berpesan : "Bertakwalah kepada Allah, wahai Yazid, karena aku
pernah meletakkan jenazah Al-Walid di liang kuburnya, tiba-tiba posisinya
berubah sendiri didalam kafannya".
Sanggahan
Keenam.
Allah
swt Maha Kuasa dan Berkehendak. Dia mampu mengadakan sesuatu yang menakjubkan
kepada orang yang dikehendaki-Nya berkaitan dengan hal-hal gaib. Dan Allah
sengaja menyembunyikan banyak hal yang terjadi di dunia ini, padahal semua itu
ada di sekitar mereka. Misalnya malaikat Jibril dalam bentuk seorang lelaki berdialog
dengan Nabi saw, sementara para sahabat di sekitar beliau tidak mampu melihat
dan mendengar isi dialognya. Wahyu turun kepada beliau terkadang diiringi
gemerincingnya suara lonceng , beliau merasa berat sampai berkeringat, namun
orang-orang di sekeliling beliau tidak mampu mendengar dan merasakannya. Para
jin di sekitar rumah kita berbicara bersama temannya dengan suara keras,
sementara kita tidak mampu mendengarnya, namun ada beberapa orang yang justru
mampu menyaksikan dan mendengarkan omongan para jin itu. Demikian pula soal
siksa kubur, malaikat menyiksa dan memukuli dengan cambuk besi di kuburnya,
namun orang-orang di sekitar lokasi tidak mampu menyaksikan dan melihatnya.
Diantara
hikmah Allah swt sengaja menyembunyikan hal-hal ghaib, terutama urusan akhirat,
nikmat-siksa kubur dan sejenisnya, adalah agar manusia bisa hidup tenang di
dunia, sekaligus sebagai ujian bagi keimanan mereka. Jika Allah membukakan
rahasia siksa-nikmat kubur dan urusan akhirat yang lain kepada manusia,
sehingga mereka dapat menyaksikannya secara langsung, lalu apa jadinya nanti?.
Bisa jadi kehidupan mereka tidak akan tenang dan mereka akan dihantui oleh rasa
ketakutan, sehingga mereka tidak ada yang berani menguburkan jenazah, berjalan
di sekitar lokasi kuburan, berziarah kubur dan lain-lain.
Seandainya
ada jenazah yang sengaja digeletakkan atau tidak dikuburkan, hal ini tidak
menghalangi Munkar dan Nakir menemuinya dan bertanya kepadanya. Sebagai
perbandingan nyata : Seorang tidur disamping temannya. Ia bermimpi disiksa dan
dipukuli. Ia merasakan sakitnya siksaan tersebut, namun teman di sampingnya
sama sekali tidak mengetahui apa yang sedang dialami dalam mimpinya. Bahkan
tidak jarang setelah bangun dari tidur, badannya merasa sakit. Demikian pula
tentang jenazah yang dikubur didalam liang tanah dan ditutupi batu, atau liang
terbuat dari cor-coran semen dan besi, tidak mustahil Munkar dan Nakir mampu
menembusnya, karena Allah swt menjadikan tanah, batu, corcoran semen dan besi
bagi malaikat itu bagaikan udara yang mampu ditembus dan dilewati oleh burung,
atau bagaikan air bagi ikan.
Sanggahan
Ketujuh.
Tidak
ada halangan bagi ruh untuk dikembalikan kedalam badannya yang tersalib,
terbakar, tenggelam, dimakan binatang buas dan lain-lain. Sekalipun anggota
badannya tercecer di berbagai tempat terpisah, berjauhan, atau mungkin sudah
lenyap. Persoalan ini termasuk masalah ghaib yang tidak mampu ditangkap oleh
panca indra manusia.
Selain
itu, masing-masing anggota badan dapat merasakan siksa dan nikmat di barzakh.
Jangankan anggota badan yang terpisah, hewan, tetumbuhan dan benda mati pun
dijadikan Allah swt memiliki rasa, seperti sakit (merintih), takut, memuji,
tunduk dan bertasbih kepada-Nya. Namun kita manusia tidak mengetahuinya dengan
panca indra. Sebagaimana yang disinggung didalam beberapa ayat Al Qur`an,
diantaranya QS Al-Isra`:44 dan QS Al-Hajj: 18.
Jika
hewan, tetumbuhan dan benda-benda mati saja memiliki rasa, apalagi badan
manusia yang ditinggalkan ruhnya sekalipun tercecer di tempat-tempat yang
terpisah, tentu ia lebih layak untuk merasakan. Bagi Allah, hal ini tidak
mustahil terjadi, sebagaimana tidak mustahilnya ruh dikembalikan ke badan yang
dinyatakan sudah lenyap, tercecer dan lain-lain.
Dalam
beberapa ayat Al Qur`an disebutkan beberapa kasus kembalinya ruh ke badan yang
sudah mati. Misalnya orang mati yang dihidupkan lagi oleh nabi Isa atas izin
Allah. Di jaman Nabi Musa, seseorang yang mati akibat dibunuh anak angkatnya
ternyata hidup kembali setelah dicambuk dengan ekor sapi oleh Nabi Musa. Atas
izin Allah, Nabi Ibrahim menghidupkan kembali burung yang mati, setelah
badannya dipotong-potong dan diletakkan di beberapa tempat yang berbeda. Allah
juga menceritakan kasus serupa dalam firman-Nya :
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِيْنَ خَرَجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ
وَهُمْ أُلُوْفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمَ اللَّهُ مُوْتُوْا ثُمَّ
أَحْيَاكُمْ
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar
dari kampung halaman mereka, sedang mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut
mati; maka Allah berfirman kepada mereka: "Matilah kamu", kemudian
Allah menghidupkan mereka." (QS Al Baqarah : 243).
أَوْ كَالَّذِيْ مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ
خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوْشِهَا قَالَ أَنَّى يُحْيِيْ هَذِهِ اللَّهُ بَعْدَ
مَوْتِهَا. فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ
قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْدَ يَوْمٍ. قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ,
فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَ انْظُرْ إِلَى
حِمَارِكَ وَ لِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِلنَّاسِ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ
نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوْهَا لَحْمًا. فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ
أَنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَـدِيْرٌ
"Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yg melalui
suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata:
"Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?"
Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.
Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini? " Ia menjawab:
"Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah
berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya;
lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah
kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan
kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang
keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya
dengan daging". Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah
menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu"." (QS Al-Baqarah : 259)
Sanggahan
Kedelapan.
Posisi
kehidupan di alam barzakh (alam kubur)
terletak di tengah-tengah antara kehidupan dunia dan akhirat. Siapapun
orangnya yang sudah mati, mereka akan hidup di alam ini, baik yang mayatnya
dikubur, disalib, digantung di pohon, dimakan binatang buas, tenggelam,
terbakar, maupun yang tercecer di tempat yang terpisah. Semuanya tidak akan
lolos, dan akan mengalami nikmat dan siksa kubur.
Kehidupan
di alam barzakh dengan berbagai siksa dan nikmatnya merupakan kehendak Allah
swt. Semua unsur alam tunduk patuh kepada perintah, kekuasaan dan kehendak-Nya.
Kalau Allah sudah berkehendak, tiada satu pun makhluk yang mampu membangkang.
Jika ada manusia yang mengingkari masalah ini, berarti ia mengingkari atau
kufur kepada Allah.
Sanggahan
Kesembilan.
Allah
swt telah menetapkan dua tempat kembali dan dua kebangkitan setelah kematian
manusia, disertai dengan pembalasan sesuai dengan baik-buruknya amal selama
hidup di dunia.
Pada
kebangkitan pertama (shughra), ruh manusia dipisahkan dari badannya
(mati), lalu keduanya dikembalikan atau dihubungkan dalam rangka menerima
pembalasan yang pertama di alam barzah. Sedangkan pada kebangkitan kedua (kubro),
Allah mempersatukan ruh dengan badannya secara sempurna dan membangkitkannya
dari kuburnya, untuk menerima pembalasan yang kedua, di surga atau neraka.
Kedua jenis kebangkitan ini disinggung Allah swt didalam surat Al-Mukminun,
Al-Waqi'ah, Al-Qiyamah, Al- Fajr, Al- Muthaffifin dan lain-lain.
Kesemuanya ini mencerminkan keadilan Allah swt
kepada manusia. Karena alam dunia merupakan tempat pembebanan kewajiban (taklif).
Disamping juga sebagai ujian, apakah mereka mau melaksanakan beban kewajiban
tersebut ataukah tidak, apakah mereka beramal baik ataukah huruk!. Bagi yang
telah melaksanakan beban kewajiban, lalu melakukan berbagai amal kebaikan,
adalah hak bagi mereka (baik ruhnya maupun badannya) untuk menerima balasan
kenikmatan di alam barzakh dan akhirat (surga). Sebaliknya bagi yang tidak
melaksanakan beban tersebut, lantas melakukan amal keburukan, maka sangat layak
mereka menerima balasan siksaan di alam barzakh dan akhirat (neraka).
Ringkas
kata: Alam dunia adalah tempat pembebanan kewajiban agama,
dan bukan tempat pembalasan, sehingga balasan tidak tampak di sini. Sementara
alam barzah merupakan awal tempat pembalasan berupa siksa dan kenikmatan.
Sedangkan alam akhirat (surga atau neraka) merupakan kelanjutan dari pembalasan
secara sempurna.
Persoalannya
:
Apakah
siksa kubur itu terus menerus ataukah terputus?
Jawabannya
:
bisa
terus-menerus dan bisa terputus atau tidak terus menerus.
Pertama,
siksa kubur terjadi terus menerus, ditunjukkan oleh beberapa alasan dalil :
1). QS Al Mukmin ayat 46 menjelaskan
tentang siksa kubur bagi Fir'aun dan kaumnya: "Kepada mereka
di-nampakkan neraka pada pagi dan petang".
2). Hadis Ibnu Abbas tentang orang penghuni
kubur yang menangis disiksa, lalu Nabi menyuruh meletakkan potongan pelepah
batang kurma seraya bersabda, "Barangkali pelepah kurma ini dapat
meringankan siksa keduanya selama belum kering". Artinya, kalau
pelepah itu mengering, mayit akan disiksa lagi.
3). Hadis Barra' bin Azib tentang orang
kafir yang diperlihatkan pintu neraka kepadanya sampai hari kiamat.
Kedua,
Siksa kubur berhenti hingga waktu tertentu, lalu terputus. Siksaan jenis ini
ditimpakan kepada sebagian orang mukmin yang durhaka dan berdosa ringan.
Siksanya seimbang dengan dosanya. Di neraka pun siksanya menjadi semakin
ringan, lalu dibebaskan sama sekali dari siksa neraka dan dipindah ke surga
setelah dosanya benar-benar habis.
Siksa kubur juga dapat terputus karena
kiriman doa, istighfar, shadaqah, pahala haji atau bacaan dari kerabatnya yang
masih hidup.
1). Ibnu Abid Dunya pernah diberitahu
oleh Ahmad bin Yahya, bahwa ia diberitahui oleh rekannya, "Saudaraku
wafat, aku bertemu dengannya dalam mimpi dan bertanya, "Bagaimana keadaanmu
saat diletakkan di liang kubur?". Jawabnya, "Ada seseorang yang
mendatangiku seraya membawa bara api. Seandainya tidak ada seseorang yang
berdoa memohonkan ampunan untukku, tentu aku sudah dipukuli dengan bara api
itu".
2). Amr bin Jarir berkata, "Jika
seseorang berdoa memohonkan ampunan untuk saudaranya yang wafat, maka ada
seorang malaikat yang mendatanginya didalam kubur sambil bilang, "Hai
penghuni kubur yang terasing! Ini hadiah dari saudaramu".
3). Basyar bin Ghalib bercerita:
"Aku mimpi bertemu Rabi'ah yang sebelumnya aku sering berdoa memohonkan
kebaikan untuknya. Ia berkata, "Wahai Basyar! Hadiah-hadiah (pahala dan
doa) darimu datang kepada kami berupa cahaya yang terang dan dibungkus dengan
kain sutra". Pertanyaanku kepadanya, "Bagaimana hal itu bisa
terjadi?". Jawabnya, "Begitulah doa-doa kaum mukminin yang masih
hidup untuk saudara mukminnya yang wafat, sampai doa itu dikabulkan. Hadiah itu
diletakkan di kain sutra, lantas para penghuni kubur mendatanginya, kemudian
dikatakan kepadanya: ‘Ini adalah hadiah dari si Fulan untuk kamu".
______________________________________
*) Sumber : Disarikan dari :
1). Buku "DZIKRUL MAUT, mengintai
perjalanan ruh orang mati", tulisan Achmad Suchaimi, dengan Kata
Pengantar (Taqdim) oleh KH A. Mustofa Bisri, penerbit RoudhoH - Surabaya, cet.
1 - Mei 2004.
2). Kitab “AR-RUH”, tulisan Ibnu Qoyyim Al-Jauzi
No comments:
Post a Comment