Mengenang 40 Hari
Wafatnya Hj. Muti’ah Hambari, S.Si. Apt.
[*Lahir di Surabaya:
01-09-1970 * Wafat
di Makkah: 13-10-2014]
KESAN-KESAN
DAN KESAKSIAN
BERBAGAI KALANGAN - [1]
BERBAGAI KALANGAN - [1]
1. KH Nuril Huda, S.Ag., MSi
[Petugas TPIHI di kloter 12-SUB; Salah
satu Pengasuh di P.P. Al-Ishlah Bungah Gresik; Guru MAN Bungah]
Alloh Mengumpulkan Beberapa Kebaikan Pada
Diri Almarhumah
Kesan saya yang
sekaligus persaksian saya atas almarhumah Hj. Muti’ah, bahwa beliau nampak
jelas ketaatan dan berbaktinya kepada ibunya, Hj. Mushollachah, yang kebetulan
menunaikan ibadah haji bersamanya. Dengan sabar, almarhumah mendampingi dan
melayani ibunya dalam urusan kesehatan dan pelaksanaan ibadah hajinya. Begitu
pula dengan suaminya, nampak ketawadhu’an dan ketaatan almarhumah.
Suatu malam, kami pernah bersama-sama dengan
almarhumah, suaminya, mas Hendra
(petugas kesehatan/TKHI kloter 12-SUB), mas Dhani dan ibu Chumaidah pergi ke
Masjidil Haram untuk qiyamullail, shalat sunnah dan berdoa di Hijir
Ismail, lalu mencium Hajar Aswad. Dan Alhamdulillah, Alloh mengijinkan kami
semua untuk dapat mencium Hajar Aswad.
Walhasil. Rupanya Alloh mengumpul-kan beberapa kebaikan
pada diri almarhumah, antara lain : 1). Ketaatan almarhumah pada ibu dan
suaminya; 2). Alloh memanggil almarhumah
menjadi “tamu”-Nya pada tahun 2014 M/1435 H untuk menunaikan ibadah Haji-Umroh; 3). Allah mewafatkan almarhumah di Tanah Suci
Makkah sebagai gerbang menuju surgaNya. Amin. Semoga segenap keluarga diberikan
kesabaran.
![]() |
Seusai dari Hajar Aswad |
______________________
2.
Hj. Anik Nadhifa, SH :
[Tante,
sesama jamaah haji KBIH Al-Madani tahun 2014 M/1435 H]
Selamat Tinggal Muti’ah...! Kami
Meninggalkanmu di Tanah Haram
12 hari telah berlalu… semenjak kepergianmu, gaya bicaramu, cara berjalanmu, candaan kata, obrolan kata, dan semua tentangmu, masih selalu ada di dalam ingatanku. Dan itu kadang membuatku tak bisa membendung air mata.
Sesalku...
tak pernah terucap kata maaf dariku. Maafkan aku, Muti’! Kalau selama hampir 40
hari kita hidup bersama di Tanah haram, pernah ada kata-kata & perbuatanku
yang membuatmu marah.
Tak
pernah menyangka, kau akan pergi tinggalkan kami. Allah tak mengizinkanmu
pulang kembali. Dia ingin kau menetap di sana, menjadi penghuni surgaNya...
Sempat
mengeluh, mangapa hajiku kali ini berakhir duka Ya Allah. Seorang alim berkata:
“Masyaallah... jangan sedih kalian pergi haji mengantarkan seorang syuhada’”.
Subhaanalloh... Insya Allah, kamu husnul khotimah, muti’ah…. pergi
sebagai syahid. Kami sekeluarga berduka, dan seluruh masyarakat Tambak
Osowilangun pun berduka karena kepergianmu... Hidupmu penuh manfaat… akhir hidupmu kau isi dengan ibadah….
jenazahmu disholati berjuta umat di Masjidil Haraam. Subhanalloh….. kau telah bahagia di
surgaNya. Selamat tinggal muti’ah...! Kami meninggalkanmu di Tanah
Haram...*tear* >:|<
_______________
3. Drs. KH Abdul
Madjid Hasyim :
[Kasi Binmas Islam Kemenag Kulonprogo
DIY; alumni P.P. Langitan Tuban dan P.P.
Krapyak Yogya; Pengasuh sang suami awal mondok di Krapyak th 1977. Tinggal di
Wates, Kulonprogo DIY, asli dari Ds. Dukuhtunggal-Pedurungan Glagah Lamongan]
Mendoakan
Anak Semoga Menjadi Anak Yang Baik & Pandai
Sejak
mengenal Muti’ah sebagai istri Suchaimi, ada kesan yang dalam bahwa dia
orangnya supel, semanak walau baru ketemu saat itu. Istri saya bilang, “Ia
oranggnya supel, murah senyum, senang silaturrahim”.
Keluarga
kami dan keluarga Suchaimi saling bersilaturrahim. Kami yang tinggal dan
menetap di Jogja, kalau ada kesempatan mudik ke Lamongan (Dsn Pedurungan,
Dukuhtunggal, kec. Glagah), kami berusaha menyempatkan diri bersilaturrahmi ke
rumah CakEmi “Suchaimi” Saking Sememi.
Pada
musim haji 2014 M/1435 H ini, keluarga kami dan Suchaimi kebetulan ditakdirkan
Allah dapat menunaikan ibadah haji lagi. Sewaktu di Madinah, kami mengunjungi
ke hotel Suchaimi (13-09-2014), sehari berikutnya (14-09-2014) Suchaimi dan
Muti’ah yang datang mengunjungi kami.
Demikian
pula sewaktu di Makkah. Saat bersilaturrahim ke hotel kami, maktab F-10 di
Makkah (28 September 2014), mbak Muti’ah sempat ditanya teman sekamar kami : “Mbak,
waktu berdoa, yang dimohonkan apa aja?”. Dengan senyum khasnya dijawab oleh
mbak Muti’ah: “Mendoakan anak saya semoga menjadi anak yang baik &
pandai”. Ternyata itulah kata terakhir yang sempat saya dan istri kenang.
Karna
waktu bertemu saat itu sangat terbatas, Muti’ah & Suchaimi minta pamit,
karena mau melanjutkan silaturrahim ke K.H. ASYHARI ABTA (Rois Syuriyah PWNU
DIY), guru kami saat nyantri di Pondok pesantren Al Munawwir Krapyak
Jogjakarta, yang masih satu hotel dengan kami, namun beda kamar. Dilanjutkan
bersilaturrahim ke Drs. KH. Muklas Abdullah, teman kami sesama PNS di kemenag
Prop. DIY yang saat ini menjadi petugas TPIHI, dan juga teman sekaligus
tetangganya Suchaimi dan Muti’ah sewaktu sama-sama tinggal di Krapyak Kulon.
4. H. Imam Chanafi,
MA :
[Tinggal Gresik;: Santri alumni P.P.
Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta; Petugas haji 2014 non Kloter di Sektor C Makkah; pegawai Negeri Kemenag Gresik].
Pribadi Yang Ramah Dan Bersahaja
Saya
dan teman-teman dari Jawa Timur yang mondok di P.P. Al-Munawwir Krapyak
Yogyakarta memanggil beliau dengan Neng Muti’.... Sampai beliau
dipersunting oleh Cak Emi, ustadz kami, Suchaimi bin Abdus Syakur pun,
panggilan itu tak berubah : Neng Muti’ dan Cak Emi... Itu yang membuat antara kami dengan beliau
berdua begitu akrab, seakan bukan lagi antara guru dan murid, bukan lagi antara
senior dan yunior, tapi seperti teman.
Sama
seperti Cak Emi, Neng Muti’ adalah pribadi yang ramah dan
bersahaja. Beliau sama sekali tidak pernah saya dapati pasang muka masam.
Senyum, itu yang tergambar di ingatan tentang beliau.
Subhanallah.... Terakhir kami
bertemu dan bercanda akrab dengan beliau pada tanggal 28 September 2014 di
Pemondokan Haji, maktab A-07 Mahbas Jin, Makkah. Ternyata canda akrab itu
adalah pertemuan kami yang terakhir….
Saya
telah menjadi saksi dan mendengar banyak tentang kebaikan beliau.... Bahkan dari tanah air, istri saya mendengar
perbincangan ibu-ibu di angkutan umum tentang kebaikan beliau….. Pendek kata,
jika ketika wafatnya hanya disholati orang se-Gresik, se-Surabaya, se-Jawa
Timur atau se-Indonesia saja, di Mata Allah belum seimbang dengan
kebaikan Almarhumah.... Maka Allah mengambil kebijaksanaan dengan memanggil
beliau di Tanah Harom, biar orang sedunia ikut mensholatkannya....
Selamat Jalan Neng Muthi’...
kami yakin para Malaikat penjaga surga telah diutus Allah untuk
menyambutmu.... Semoga keluarga yang
ditinggalkan semakin diteguhkan Allah dalam ikhlas dan kesabaran. Amiiin....
_______________
Di Samping gedung Jamarat - Mina |
5. Hj. Indarti Fauzi
Rahman :
[Sahabat karib almarhumah sejak di MAN 2
Yogyakarta; Direktur penerbit Titian Ilahi Press Yogyakarta; Tinggal di Jl.
Imogiri Yogyakarta].
Muti’ah Adalah Sahabat Hatiku
... Berteman dengan seorang Muti’ah
bukanlah hanya sekedar berteman biasa. Banyak hal yang dapat aku ambil
hikmahnya dalam perjalanan pertemananku dengannya. Yang paling membuatku haru,
dan sangat terkesan sampai detik ini adalah hal yang selalu mengingatkanku
untuk berpakaian.
Sampai
suatu saat, dia rela meminjami baju muslimah yang tentunya, sambil bercanda
bilang: “... yuk, mbak jadi santri sebentar aja, ikut pengajian sama aku,
tapi aku diampiri lho! Mbak Ind tau sendiri, aku cuma bawa kaki, yo mbak!”
Nyengir
senyum-senyum itu bawaan kesehariannya. Kalo disapa duluan pas ketemu sebelum
masuk kelas: “Assalamu’alaikum, bu nyai…”, langsung dia jawab : “… yo
opo o to mbak In kii”. Sambil ketawa kecil renyah, sesekali menyibakkan
kerudungnya untuk sedikit menutupi wajahnya yang sayu …. Cubitan sebagai
sahabat, kadang jadi sifat manjanya. Hemmm…..
Muti’ah,
adalah sahabat hatiku. Dialah yang mensupport teman-teman untuk rajin belajar,
tanpa sungkan-sungkan dalam kebaikan semua teman sekelas, dia rela
mondar-mandir mengajari, terutama dalam pelajaran bahasa arab, luar biasa!
Tulisan arabnya bagus sekali …. nggak ada yang nggak kenal dengan (tulisan)
itu.
Anaknya
lucu… polos…. Pemalu…. Terutama bagi temen-temen ikhwan (lelaki). Guru-guru
yang sangat dekat dengannya pun selalu menggoda karena kepolosan dan sifat
malunya yang jadi membuat kita selalu mengangguk-angguk, karena begitu mulianya
bisa berteman sama semua, tanpa memilih. Bahkan banyak yang bisa dirubahnya
tatkala ada yang nggak pas dalam hal apapun.
Aku
Indarti, dari kelas 1 D sampe naik kelas 2 dan 3 di jurusan fisika MAN II
Yogyakarta selalu sekelas. Setelah kelulusan, kita berpisah….. Muti’ah kembali
ke Surabaya untuk melanjutkan kuliah. Tapi kita masih sering kontak lewat
surat. Sampai suatu ketika….. aku bersuami dengan mas Fauzi Rahman, asli dari
Situbondo Jawa Timur. Entah apa yang menyambungkan tali silaturrahim kita, yang
akhirnya kita bertemu kembali. Apalagi suaminya Muti’ah ternyata juga seorang
jurnalis seperti suamiku. Alhamdulillah dari perkenalan Cak Emi - sapaan akrab
suami Muti’ah – dengan mas Fauzi membuahkan satu buku terbitanku di “Titian
Ilahi Press” Yogyakarta…. Yang berjudul “Pesan-pesan Rasulullah SAW Kepada
Ali bin Abi Thalib”, dan buku berjudul “Fatwa Saikh Abdul Aziz Bin Baz
Tentang Akidah”.
Sekian
lama kita tak jumpa setelah itu…. Kita ketemu lagi di line, whatsapp….sampe
cerita tentang adiknya yang di Cairo Mesir, kalo tidak salah. Terus ada cerita
geli yang membuatku terheran-heran karena antusiasnya untuk ketemu teman-teman
fisika khususnya, dan teman-teman se-MAN YK 2. Aku undang dia untuk menghadiri
reuni akbar, karena ini ide angkatan ’88, aku mencari Muti’ah sedemikian
sulitnya….karena HP-ku sempat hilang dan los kontak.
Setelah
ketemu di telepon, Muti’ah seneng sekali, pingin segera ke Yogya dengan
langsung pesan tiket untuk hari Minggu itu, tepatnya tanggal ……. Padahal acara reuni masih sebulan lagi dari
dia pesan tiket. Akhirnya tiket dibatalkan, rugi separo, katanya. Ya Allah, begitulah Muti’ah, saking ingin
berjumpa dengan teman-teman & guru-guru. Dan aku sebagai teman yang secara
langsung diamanati waktu itu oleh mbak Muti’ah, untuk menyampaikan titipan buat
guru matematika kami, yaitu pak Djohar Arifin. Selain dia ikut partisipasi
untuk kelancaran reuni akbar itu. Sejak itu kita juga jarang komunikasi karena
kesibukan masing-masing. Hanya pesan terakhir tetap pingin ketemu aku di Jogja,
entah kapan, atau di Surabaya…….. sekarang tinggallah kenangan……
Selamat jalan sahabat karibku. Doa kita selalu buatmu…. Insya
Allah, dalam planning Allah memanggilmu secara ibadah di haji akbar itu akan
membawamu husnul khotimah. Kita yakin, karena dirimu adalah orang yang baik
lahir batin. Sekali lagi, SELAMAT JALAN, SAHABATKU!
- (Iend Farah) -
______________________
6. Drs. K.H. A. Zuhdi Muhdlor, M.Hum
[Hakim di Pengadilan Agama Purwodadi; Mantan ketua Ansor DIY;
Pengurus PWNU DIY; Dewan Pembina Yayasan KODAMA Yogyakarta; Pengasuh tetap
kajian tafsir Al-Qur’an di Masjid KODAMA Yk; Penulis produktif, pengarang kitab
“Kamus Lengkap Kontemporer Arab-Indonesia” bersama K.H. Atabik Ali ].
Subhanallah ... Laisa Lahal Jaza’, illa al-Jannah.
Di tanah yang paling suci yang Dajjalpun tidak akan mampu melewatinya. Di tanah paling suci yang menjadi dambaan semua muslim di dunia. Di tanah paling suci yang menjadi pusat gravitasi bumi. Di tanah paling suci yang pertama kali menjadi tempat peribadatan manusia. Dishalatkan jutaan manusia dan diaminkan ribuan Malaikat. Belum kering keringat thawaf ifadlah. Masya Allah, dalam keadaan bersih, ka yaumi waladat-hu ummuhu, di sinilah mbak Muti’ah wafat dan dimakamkan. Apanya yang kurang ? Subhanallah ... Laisa lahal jaza’, illa al-jannah.
Kang…, Aku nulis iki malah mrinding dewe. Masya
Allah, mbak Muti’ berada di taman surga.
__________________
7. Noor Qomariyati :
[Sahabat karib almarhumah jurusan Fisika
MAN 2 Yogyakarta angkatan ‘88. Tinggal di
Yogyakarta].
Muti’ah, Remaja Yang Tekun Belajar Dan
Beribadah
……. mbak Muti’ah yang aku tahu, dia nggak
pernah mau dengar gossip. Dia hanya mau gabung kalo omong soal pelajaran, dan
yang paling aku ingat, dia menjaga bener-bener ibadahnya sampai harus melepas
baju saat sholat. Aku sering ke kostnya, jadi tahu. Dia cerita
alasan-alasannya, dan memang benar. Itulah yang ku ingat. Muti’ah, remaja yang
tekun belajar dan beribadah
_________________
8.
Keluarga Besar Mbah Darmo :
[Kami
pernah tinggal serumah dengan keluarga ini di Krapyak Kulon RW 01/RT 03
Pg.harjo Sewon Bantul Yogyakarta, selama + 7 tahun: 1988-1995].
Mbak Muti’ Itu Orangnya Tidak Sombong
Mbak Muti’ itu orangnya tidak sombong, sekilas orangnya pendiam dan sedikit pemalu, tapi kalau sudah mau bicara susah berhentinya. Mbak Muti’ orangnya mudah bergaul dan murah senyum….
Kisah
lucu mbak Muti’ yang sampai sekarang masih teringat, mungkin dulu kali
pertamanya mencuci baju. 1 (satu) ember besar diisi air penuh lalu diberi
rinso, kemudian baru cuciannya dimasukkan, dan dengan wajah l
__________________________
9. Drs. H. A. Luthfi
Hamid, M.Ag.:
[Tetangga sewaktu tinggal di Krapyak
Yogyakarta, Kepala Kanwil Kemenag D.I. Jogjakarta].
Semoga Aku Dapat Menyusulmu dalam Kedamaian
Mbak Muti’ itu orangnya bersahaja, apa
adanya, nyedulur, tidak berlebihan, tampil sebagai istri yang setia. Aku
yakin, ia telah tenang di alam sana, dengan rizki yang mengalir dari-Nya.
Perjumpaanya dengan Tuhan membuat setiap orang iri. Selamat jalan mbak Muti’
yang baik. Semoga aku dapat menyusulmu dalam kedamaian.
10.
Keluarga Besar Mbok Kisdi :
[Almarhumah
sangat dekat dengan keluarga yang ada di
Krapyak Kulon ini , seperti keluarga sendiri].
MBak Muti’, I LOVE YOU FULL
Mbak Muti’ah sosok sahabat yang pendiam dan lucu. Dia juga sosok yang tidak betah dengan kesendiarian dan suasana gelap. Gaya hidup yang bersahaja adalah ciri khas dari mbak Muti’. Sosok santun nan indah dalam balutan hijab sederhana adalah keseharian mbak Muti’. Tawa khas yang renyah dan tersipu-sipu dalam senyum mbak Muti’ tak kan hilang dalam memory. Orang-orang menyayangi beliau. Kesederhanaan mbak Muti’ juga terlihat dari keinginannya untuk kemana-mana dengan jalan kaki. Mbak Muti’ sosok wanita sholihah, pendiam, santun, bersahaja
11.
Amang “Abdurrahman” Al-Hafizh:
[Tinggal
di Rumokalisari Benowo Sby. Santri alumni PP Al-Munawwir Yogyakarta; Guru ngaji
Al-Qur’an dan Tahfizhul Qur’an].
Berharap Anaknya Menjadi
Penghafal Al-Qur’an
Pada
hari senin tanggal 13 oktober 2014, tepat 7 hari wafatnya mertua saya, H.
Mustaqim, terdengar berita yang mengagetkan atas pulangnya Hj. Muti’ah ke
Rahmatulloh. Insya Allah Hj. Muti’ah mendapatkan tempat yang mulia di sisi
Allah dan mendapatkan ampunan serta Rahmat dari Allah swt.
Bagi
kami sekeluarga, Hj. Muti’ah adalah orang yang ramah, selalu menyapa bila
ketemu dan juga baik, khususnya bila saya bertanya kepada beliau tentang
obat-obatan ketika anak saya, Ali, sakit. Beliau selalu memberi masukan-masukan
yang baik untuk kesehatan anak saya.
Beliau
pernah menyampaikan harapannya kepada saya, kelak anak beliau, Thebba Elvana,
mau menghafalkan Al-Qur’an. Semoga Allah mengabulkan keinginan Beliau yang
mulia itu.
Do’a
kami, semoga Cak Emi diberi kesabaran dan kekuatan oleh Allah swt untuk
mengantarkan Thebba Elvana meraih cita-cita yang beliau harapkan dan juga
semoga Allah swt menjadikan Thebba Elvana anak yang sholihah, kuat, tangguh,
dan mandiri...., dan kelak bisa menjadi anak yang dibanggakan oleh orang
tuanya, terutama bisa berhasil dan sukses hafal Al-Qur’an 30 juz dengan baik
dan lancar...
Amiiin... Amiiin yaa Robbal ‘Alamiin...
No comments:
Post a Comment