Saturday 15 November 2014

Kesan-Kesan & Kesaksian (Isytisyhad) - (Indahnya Wafat di Tanah Haram 6)


Mengenang 40 Hari Wafatnya Hj. Muti’ah Hambari, S.Si. Apt.
[*Lahir di Surabaya: 01-09-1970           * Wafat di Makkah: 13-10-2014]






KESAN-KESAN DAN KESAKSIAN 
BERBAGAI KALANGAN - [1]





1.  KH Nuril Huda, S.Ag., MSi 
[Petugas TPIHI di kloter 12-SUB; Salah satu Pengasuh di P.P. Al-Ishlah Bungah Gresik; Guru MAN Bungah]

Alloh Mengumpulkan Beberapa Kebaikan Pada Diri Almarhumah

Kesan saya yang sekaligus persaksian saya atas almarhumah Hj. Muti’ah, bahwa beliau nampak jelas ketaatan dan berbaktinya kepada ibunya, Hj. Mushollachah, yang kebetulan menunaikan ibadah haji bersamanya. Dengan sabar, almarhumah mendampingi dan melayani ibunya dalam urusan kesehatan dan pelaksanaan ibadah hajinya. Begitu pula dengan suaminya, nampak ketawadhu’an dan ketaatan almarhumah.
Suatu malam, kami pernah bersama-sama dengan almarhumah,  suaminya, mas Hendra (petugas kesehatan/TKHI kloter 12-SUB), mas Dhani dan ibu Chumaidah pergi ke Masjidil Haram untuk qiyamullail, shalat sunnah dan berdoa di Hijir Ismail, lalu mencium Hajar Aswad. Dan Alhamdulillah, Alloh mengijinkan kami semua untuk dapat mencium Hajar Aswad.
Walhasil. Rupanya Alloh mengumpul-kan beberapa kebaikan pada diri almarhumah, antara lain : 1). Ketaatan almarhumah pada ibu dan suaminya;  2). Alloh memanggil almarhumah menjadi “tamu”-Nya pada tahun 2014 M/1435 H untuk menunaikan ibadah Haji-Umroh;  3). Allah mewafatkan almarhumah di Tanah Suci Makkah sebagai gerbang menuju surgaNya. Amin. Semoga segenap keluarga diberikan kesabaran.

Seusai dari Hajar Aswad
______________________


2. Hj. Anik Nadhifa, SH :
[Tante, sesama jamaah haji KBIH Al-Madani tahun 2014 M/1435 H]


Selamat Tinggal Muti’ah...! Kami Meninggalkanmu di Tanah Haram

12 hari telah berlalu… semenjak kepergianmu, gaya bicaramu, cara berjalanmu, candaan kata, obrolan kata, dan semua tentangmu, masih selalu ada di dalam ingatanku. Dan itu kadang membuatku tak bisa membendung air mata.
Sesalku... tak pernah terucap kata maaf dariku. Maafkan aku, Muti’! Kalau selama hampir 40 hari kita hidup bersama di Tanah haram, pernah ada kata-kata & perbuatanku yang membuatmu marah.
Tak pernah menyangka, kau akan pergi tinggalkan kami. Allah tak mengizinkanmu pulang kembali. Dia ingin kau menetap di sana, menjadi penghuni surgaNya...
Sempat mengeluh, mangapa hajiku kali ini berakhir duka Ya Allah. Seorang alim berkata: “Masyaallah... jangan sedih kalian pergi haji mengantarkan seorang syuhada’”. Subhaanalloh... Insya Allah, kamu husnul khotimah, muti’ah…. pergi sebagai syahid. Kami sekeluarga berduka, dan seluruh masyarakat Tambak Osowilangun pun berduka karena kepergianmu... Hidupmu penuh manfaat…  akhir hidupmu kau isi dengan ibadah…. jenazahmu disholati berjuta umat di Masjidil Haraam.  Subhanalloh….. kau telah bahagia di surgaNya. Selamat tinggal muti’ah...! Kami meninggalkanmu di Tanah Haram...*tear* >:|<

_______________


3. Drs. KH Abdul Madjid Hasyim :
[Kasi Binmas Islam Kemenag Kulonprogo DIY;  alumni P.P. Langitan Tuban dan P.P. Krapyak Yogya; Pengasuh sang suami awal mondok di Krapyak th 1977. Tinggal di Wates, Kulonprogo DIY, asli dari Ds. Dukuhtunggal-Pedurungan Glagah Lamongan]

Mendoakan Anak Semoga Menjadi Anak Yang Baik & Pandai


Sejak mengenal Muti’ah sebagai istri Suchaimi, ada kesan yang dalam bahwa dia orangnya supel, semanak walau baru ketemu saat itu. Istri saya bilang, “Ia oranggnya supel, murah senyum, senang silaturrahim”.

Keluarga kami dan keluarga Suchaimi saling bersilaturrahim. Kami yang tinggal dan menetap di Jogja, kalau ada kesempatan mudik ke Lamongan (Dsn Pedurungan, Dukuhtunggal, kec. Glagah), kami berusaha menyempatkan diri bersilaturrahmi ke rumah CakEmi “Suchaimi” Saking Sememi.
Pada musim haji 2014 M/1435 H ini, keluarga kami dan Suchaimi kebetulan ditakdirkan Allah dapat menunaikan ibadah haji lagi. Sewaktu di Madinah, kami mengunjungi ke hotel Suchaimi (13-09-2014), sehari berikutnya (14-09-2014) Suchaimi dan Muti’ah yang datang mengunjungi kami.
Demikian pula sewaktu di Makkah. Saat bersilaturrahim ke hotel kami, maktab F-10 di Makkah (28 September 2014), mbak Muti’ah sempat ditanya teman sekamar kami : “Mbak, waktu berdoa, yang dimohonkan apa aja?”. Dengan senyum khasnya dijawab oleh mbak Muti’ah: “Mendoakan anak saya semoga menjadi anak yang baik & pandai”. Ternyata itulah kata terakhir yang sempat saya dan istri kenang.
Karna waktu bertemu saat itu sangat terbatas, Muti’ah & Suchaimi minta pamit, karena mau melanjutkan silaturrahim ke K.H. ASYHARI ABTA (Rois Syuriyah PWNU DIY), guru kami saat nyantri di Pondok pesantren Al Munawwir Krapyak Jogjakarta, yang masih satu hotel dengan kami, namun beda kamar. Dilanjutkan bersilaturrahim ke Drs. KH. Muklas Abdullah, teman kami sesama PNS di kemenag Prop. DIY yang saat ini menjadi petugas TPIHI, dan juga teman sekaligus tetangganya Suchaimi dan Muti’ah sewaktu sama-sama tinggal di Krapyak Kulon.



________________________



4. H. Imam Chanafi, MA :
[Tinggal Gresik;: Santri alumni P.P. Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta; Petugas haji 2014 non Kloter di Sektor C  Makkah; pegawai  Negeri Kemenag Gresik].

 Pribadi Yang Ramah Dan Bersahaja
 Saya dan teman-teman dari Jawa Timur yang mondok di P.P. Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta memanggil beliau dengan Neng Muti’.... Sampai beliau dipersunting oleh Cak Emi, ustadz kami, Suchaimi bin Abdus Syakur pun, panggilan itu tak berubah : Neng Muti’ dan Cak Emi...  Itu yang membuat antara kami dengan beliau berdua begitu akrab, seakan bukan lagi antara guru dan murid, bukan lagi antara senior dan yunior, tapi seperti teman.
Sama seperti Cak Emi, Neng Muti’ adalah pribadi yang ramah dan bersahaja. Beliau sama sekali tidak pernah saya dapati pasang muka masam. Senyum, itu yang tergambar di ingatan tentang beliau.
Subhanallah.... Terakhir kami bertemu dan bercanda akrab dengan beliau pada tanggal 28 September 2014 di Pemondokan Haji, maktab A-07 Mahbas Jin, Makkah. Ternyata canda akrab itu adalah pertemuan kami yang terakhir….
Saya telah menjadi saksi dan mendengar banyak tentang kebaikan beliau....  Bahkan dari tanah air, istri saya mendengar perbincangan ibu-ibu di angkutan umum tentang kebaikan beliau….. Pendek kata, jika ketika wafatnya hanya disholati orang se-Gresik, se-Surabaya, se-Jawa Timur atau se-Indonesia saja, di Mata Allah belum seimbang dengan kebaikan Almarhumah.... Maka Allah mengambil kebijaksanaan dengan memanggil beliau di Tanah Harom, biar orang sedunia ikut mensholatkannya....
Selamat Jalan Neng Muthi’... kami yakin para Malaikat penjaga surga telah diutus Allah untuk menyambutmu....   Semoga keluarga yang ditinggalkan semakin diteguhkan Allah dalam ikhlas dan kesabaran. Amiiin....
_______________


Di Samping gedung Jamarat - Mina



5. Hj. Indarti Fauzi Rahman :
[Sahabat karib almarhumah sejak di MAN 2 Yogyakarta; Direktur penerbit Titian Ilahi Press Yogyakarta; Tinggal di Jl. Imogiri Yogyakarta].


Muti’ah Adalah Sahabat Hatiku

... Berteman dengan seorang Muti’ah bukanlah hanya sekedar berteman biasa. Banyak hal yang dapat aku ambil hikmahnya dalam perjalanan pertemananku dengannya. Yang paling membuatku haru, dan sangat terkesan sampai detik ini adalah hal yang selalu mengingatkanku untuk berpakaian. 
Sampai suatu saat, dia rela meminjami baju muslimah yang tentunya, sambil bercanda bilang: “... yuk, mbak jadi santri sebentar aja, ikut pengajian sama aku, tapi aku diampiri lho! Mbak Ind tau sendiri, aku cuma bawa kaki, yo mbak!
Nyengir senyum-senyum itu bawaan kesehariannya. Kalo disapa duluan pas ketemu sebelum masuk kelas: “Assalamu’alaikum, bu nyai…”, langsung dia jawab : “… yo opo o to mbak In kii”. Sambil ketawa kecil renyah, sesekali menyibakkan kerudungnya untuk sedikit menutupi wajahnya yang sayu …. Cubitan sebagai sahabat, kadang jadi sifat manjanya. Hemmm…..
Muti’ah, adalah sahabat hatiku. Dialah yang mensupport teman-teman untuk rajin belajar, tanpa sungkan-sungkan dalam kebaikan semua teman sekelas, dia rela mondar-mandir mengajari, terutama dalam pelajaran bahasa arab, luar biasa! Tulisan arabnya bagus sekali …. nggak ada yang nggak kenal dengan (tulisan) itu.
Anaknya lucu… polos…. Pemalu…. Terutama bagi temen-temen ikhwan (lelaki). Guru-guru yang sangat dekat dengannya pun selalu menggoda karena kepolosan dan sifat malunya yang jadi membuat kita selalu mengangguk-angguk, karena begitu mulianya bisa berteman sama semua, tanpa memilih. Bahkan banyak yang bisa dirubahnya tatkala ada yang nggak pas dalam hal apapun.
Aku Indarti, dari kelas 1 D sampe naik kelas 2 dan 3 di jurusan fisika MAN II Yogyakarta selalu sekelas. Setelah kelulusan, kita berpisah….. Muti’ah kembali ke Surabaya untuk melanjutkan kuliah. Tapi kita masih sering kontak lewat surat. Sampai suatu ketika….. aku bersuami dengan mas Fauzi Rahman, asli dari Situbondo Jawa Timur. Entah apa yang menyambungkan tali silaturrahim kita, yang akhirnya kita bertemu kembali. Apalagi suaminya Muti’ah ternyata juga seorang jurnalis seperti suamiku. Alhamdulillah dari perkenalan Cak Emi - sapaan akrab suami Muti’ah – dengan mas Fauzi membuahkan satu buku terbitanku di “Titian Ilahi Press” Yogyakarta…. Yang berjudul “Pesan-pesan Rasulullah SAW Kepada Ali bin Abi Thalib”, dan buku berjudul “Fatwa Saikh Abdul Aziz Bin Baz Tentang Akidah”.
Sekian lama kita tak jumpa setelah itu…. Kita ketemu lagi di line, whatsapp….sampe cerita tentang adiknya yang di Cairo Mesir, kalo tidak salah. Terus ada cerita geli yang membuatku terheran-heran karena antusiasnya untuk ketemu teman-teman fisika khususnya, dan teman-teman se-MAN YK 2. Aku undang dia untuk menghadiri reuni akbar, karena ini ide angkatan ’88, aku mencari Muti’ah sedemikian sulitnya….karena HP-ku sempat hilang dan los kontak.
Setelah ketemu di telepon, Muti’ah seneng sekali, pingin segera ke Yogya dengan langsung pesan tiket untuk hari Minggu itu, tepatnya tanggal …….    Padahal acara reuni masih sebulan lagi dari dia pesan tiket. Akhirnya tiket dibatalkan, rugi separo, katanya.    Ya Allah, begitulah Muti’ah, saking ingin berjumpa dengan teman-teman & guru-guru. Dan aku sebagai teman yang secara langsung diamanati waktu itu oleh mbak Muti’ah, untuk menyampaikan titipan buat guru matematika kami, yaitu pak Djohar Arifin. Selain dia ikut partisipasi untuk kelancaran reuni akbar itu. Sejak itu kita juga jarang komunikasi karena kesibukan masing-masing. Hanya pesan terakhir tetap pingin ketemu aku di Jogja, entah kapan, atau di Surabaya…….. sekarang tinggallah kenangan……
Selamat jalan sahabat karibku. Doa kita selalu buatmu…. Insya Allah, dalam planning Allah memanggilmu secara ibadah di haji akbar itu akan membawamu husnul khotimah. Kita yakin, karena dirimu adalah orang yang baik lahir batin. Sekali lagi, SELAMAT JALAN, SAHABATKU!   
- (Iend Farah) -
______________________





6. Drs. K.H. A. Zuhdi Muhdlor, M.Hum



[Hakim di Pengadilan Agama Purwodadi; Mantan ketua Ansor DIY; Pengurus PWNU DIY; Dewan Pembina Yayasan KODAMA Yogyakarta; Pengasuh tetap kajian tafsir Al-Qur’an di Masjid KODAMA Yk; Penulis produktif, pengarang kitab “Kamus Lengkap Kontemporer Arab-Indonesia” bersama K.H. Atabik Ali ].
 
 
Subhanallah ... Laisa Lahal Jaza’, illa al-Jannah.


Di tanah yang paling suci yang Dajjalpun tidak akan mampu melewatinya. Di tanah paling suci yang menjadi dambaan semua muslim di dunia. Di tanah paling suci yang menjadi pusat gravitasi bumi. Di tanah paling suci yang pertama kali menjadi tempat peribadatan manusia. Dishalatkan jutaan manusia dan diaminkan ribuan Malaikat. Belum kering keringat thawaf ifadlah. Masya Allah, dalam keadaan bersih, ka yaumi waladat-hu ummuhu, di sinilah mbak Muti’ah wafat dan dimakamkan. Apanya yang kurang ? Subhanallah ... Laisa lahal jaza’, illa al-jannah.

Kang…, Aku nulis iki malah mrinding dewe. Masya Allah, mbak Muti’ berada di taman surga.
 


 __________________




7. Noor Qomariyati :

[Sahabat karib almarhumah jurusan Fisika MAN 2 Yogyakarta angkatan ‘88. Tinggal di  Yogyakarta].





Muti’ah, Remaja Yang Tekun Belajar Dan Beribadah



……. mbak Muti’ah yang aku tahu, dia nggak pernah mau dengar gossip. Dia hanya mau gabung kalo omong soal pelajaran, dan yang paling aku ingat, dia menjaga bener-bener ibadahnya sampai harus melepas baju saat sholat. Aku sering ke kostnya, jadi tahu. Dia cerita alasan-alasannya, dan memang benar. Itulah yang ku ingat. Muti’ah, remaja yang tekun belajar dan beribadah


_________________






8. Keluarga Besar Mbah Darmo : 

[Kami pernah tinggal serumah dengan keluarga ini di Krapyak Kulon RW 01/RT 03 Pg.harjo Sewon Bantul Yogyakarta, selama + 7 tahun: 1988-1995].


Mbak Muti’ Itu Orangnya Tidak Sombong


Mbak Muti’ itu orangnya tidak sombong, sekilas orangnya pendiam dan sedikit pemalu, tapi kalau sudah mau bicara susah berhentinya. Mbak Muti’ orangnya mudah bergaul dan murah senyum…. 

Kisah lucu mbak Muti’ yang sampai sekarang masih teringat, mungkin dulu kali pertamanya mencuci baju. 1 (satu) ember besar diisi air penuh lalu diberi rinso, kemudian baru cuciannya dimasukkan, dan dengan wajah l




__________________________





9. Drs. H. A. Luthfi Hamid, M.Ag.: 

[Tetangga sewaktu tinggal di Krapyak Yogyakarta, Kepala Kanwil Kemenag D.I. Jogjakarta].



Semoga Aku Dapat Menyusulmu dalam Kedamaian



Mbak Muti’ itu orangnya bersahaja, apa adanya, nyedulur, tidak berlebihan, tampil sebagai istri yang setia. Aku yakin, ia telah tenang di alam sana, dengan rizki yang mengalir dari-Nya. Perjumpaanya dengan Tuhan membuat setiap orang iri. Selamat jalan mbak Muti’ yang baik. Semoga aku dapat menyusulmu dalam kedamaian.





10. Keluarga Besar Mbok Kisdi : 

[Almarhumah sangat dekat dengan keluarga  yang ada di Krapyak Kulon ini , seperti keluarga sendiri].





MBak Muti’,  I LOVE YOU FULL


Mbak Muti’ah sosok sahabat yang pendiam dan lucu. Dia juga sosok yang tidak betah dengan kesendiarian dan suasana gelap. Gaya hidup yang bersahaja adalah ciri khas dari mbak Muti’. Sosok santun nan indah dalam balutan hijab sederhana adalah keseharian mbak Muti’. Tawa khas yang renyah dan tersipu-sipu dalam senyum mbak Muti’ tak kan hilang dalam memory. Orang-orang menyayangi beliau. Kesederhanaan mbak Muti’ juga terlihat dari keinginannya untuk kemana-mana dengan jalan kaki. Mbak Muti’ sosok wanita sholihah, pendiam, santun, bersahaja





___________________






11. Amang “Abdurrahman” Al-Hafizh: 

[Tinggal di Rumokalisari Benowo Sby. Santri alumni PP Al-Munawwir Yogyakarta; Guru ngaji Al-Qur’an dan Tahfizhul Qur’an].



Berharap Anaknya Menjadi

Penghafal Al-Qur’an



Pada hari senin tanggal 13 oktober 2014, tepat 7 hari wafatnya mertua saya, H. Mustaqim, terdengar berita yang mengagetkan atas pulangnya Hj. Muti’ah ke Rahmatulloh. Insya Allah Hj. Muti’ah mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah dan mendapatkan ampunan serta Rahmat dari Allah swt.
Bagi kami sekeluarga, Hj. Muti’ah adalah orang yang ramah, selalu menyapa bila ketemu dan juga baik, khususnya bila saya bertanya kepada beliau tentang obat-obatan ketika anak saya, Ali, sakit. Beliau selalu memberi masukan-masukan yang baik untuk kesehatan anak saya.
Beliau pernah menyampaikan harapannya kepada saya, kelak anak beliau, Thebba Elvana, mau menghafalkan Al-Qur’an. Semoga Allah mengabulkan keinginan Beliau yang mulia itu.
Do’a kami, semoga Cak Emi diberi kesabaran dan kekuatan oleh Allah swt untuk mengantarkan Thebba Elvana meraih cita-cita yang beliau harapkan dan juga semoga Allah swt menjadikan Thebba Elvana anak yang sholihah, kuat, tangguh, dan mandiri...., dan kelak bisa menjadi anak yang dibanggakan oleh orang tuanya, terutama bisa berhasil dan sukses hafal Al-Qur’an 30 juz dengan baik dan lancar...

Amiiin... Amiiin yaa Robbal ‘Alamiin...







No comments:

Post a Comment