Kisah ini adalah
sebuah kisah nyata dari seorang pejabat eselon I di daerah Jawa Timur. Saat
meninggal dunia, jasadnya mengalami kehancuran sebelum dikuburkan. Beberapa
keanehan dan keganjilan terjadi pada saat proses pengurusan jenazah, mulai saat
pemandian mayat, hingga proses pemakamannya.
Kisah ini layak untuk
dibaca oleh kalangan pejabat. Ya, dari pejabat kelas bawah hingga pejabat di
tingkat pusat. Sebab kebanyakkan pejabat sekarang ini tak lebih seperti para
penggarong yang merampok hak rakyat serta menelantarkan rakyat dan hanya
memikirkan diri, keluarga dan kroni-kroninya saja. Padahal, seseorang menjadi
pejabat negara memiliki tanggung jawab besar pada rakyat.
Seperti kisah yang
hendak dituturkan kembali oleh penulis. Akibat kesalahan yang
dilakukan saat menjabat sebuah instansi di Pemprof Jatim, ketika meninggal
dunia jasatnya membusuk dengan cepat dan berbelatung. Dosa apakah yang
dilakukan pejabat tersebut? Untuk menghindari fitnah atas nama baik keluarga
almarhum, penulis merahasiakan nama, alamat, serta tahun meninggal si pejabat
durhaka itu.
Ini adalah kisah
nyata, Kisah ini terjadi pada saat proses penguburan seorang pejabat eselon I
di sebuah kota di Jawa Timur. Nama dan alamat sengaja tidak disebutkan untuk
menjaga nama baik jenazah dan keluarga yang ditinggalkan. Insya Allah kisah ini
menjadi hikmah dan cermin untuk kita semua sebelum ajal menjemput.
Kisah ini diceritakan
langsung oleh seorang modin (perawat jenazah) kepada penulis. Inilah kisah
selengkapnya. Muhammad Jaelani adalah seorang aktivis keagamaan yang terlibat
dalam urusan jenazah sejak 16 tahun lalu,
Berbagai pengalaman
telah dilakoninya dalam penanganan soal jenazah oleh Jaelani. Sebab dalam
jangka atau kurun waktu tersebut macam-macam kejadian mengurus jenazah hingga
menuju ketempat peristirahatan terakhir manusia, sudah ia tangani. Tentu saja
penyebab meninggal seseorang seperti meninggal lantaran penyakit, atau
kecelakaan. Penyakit yang menjadi penyebab kematian seseorang ada juga yang
berpenyakit jantung, darah tinggi atau pemyakit gula bahkan ada juga yang
meninggal lantaran bunuh diri. Si mayit bisa saja orang masih muda, anak-anak
atau bahkan kakek-kakek.
Namun, pengalaman
mengelola satu jenazah seorang pejabat yang kaya dan berpengaruh ini,
menyebabkan Jaelani mendapatkan pengalaman lebih 'khusus' sepanjang hidupnya.
Banyak hal aneh yang ia dapatkan ketika sedang menangani jenazah orang terkenal
di pemerintahan propinsi Jawa Timur itu. Selain itu inilah adalah pengalaman
pertama Jaelani, juga pengalaman menyedihkan, menakutkan dan sekaligus
memberikan banyak hikmah.
Sebagai modin tetap
di desa, Jaelani diminta oleh anak almarhum mengurus jenazah Bapaknya. Tanpa
banyak tanya Jaelani segera pergi kerumah yang cukup mewah dan terpandang di
desanya. Ya, rumah itu sebenarnya jarang didatangi oleh pemilik rumah. Pemilik
rumah adalah seorang pejabat di ibukota propinsi Jatim yaitu di kota Surabaya.
Rumah itu hanya sebagai peristirahatan. Dan ramai penghuni menjelang hari-hari
besar seperti lebatan dan tahun baru.
Hari itu hari Sabtu.
Sejak malam, rumah itu ramai didatangi pengunjung yang mengantarkan jenazah,
jug apelayat. Jenazah datang dari kota dengan menggunakan mobil ambulan saat
tengah malam. Sedangkan saat itu Jaelani tengah pergi ke kota dan tidak mengetahui
jika rumah termegah di desanya tengah mengalami kesibukan yang luar biasa.
Menjelang tengah
malam ia pulang. Saat melintasi rumah mewah dengan sepeda motor butut beserta
istri dan kedua anaknya ia pun dihentikan oleh seorang pamong desa. Jaelanipun
berbincang sejenak. Belum usai ia berbicara dengan pamong desa itu, salah
seorang anak almarhum mendatanginya dan meminta dirinya esok hari merawat jasad
ayahnya.
Esok paginya Jaelani
bergegas menuju rumah mewah tetangga desanya, dimana jasad seorang pejabat
eselon I Pemprov Jatim disemayamkan. Ketika dirinya tiba di rumah duka, tercium
oleh Jaelani bau jenazah itu sangat busuk. Bau itu sangat menusuk hidung dan
membuat sis peruitnya yang baru saja sarapan pagi diaduk karenanya.
Jaelani telah banyak
memandikan, mangafankan dan menguburkan banyak jenazah orang meninggal. Baik
lantaran sakit atau kecelakaan. Namun bau mayat jenazah yang ia tangani tidak
berbau seperti jenazah orang Pemprov ini, pikir Jaelani. Apa hendak dikata,
semua ini sudah merupakan pekerjaan dan kewajibannya sebagai modin di desanya.
Jaelanipun tetap melangkahkan kakinya menuju ruangan dimana jasad pejabat
pemerintah itu disemayamkan.
Ketika Jaelani berada
disamping mayat almarhum, ia membuka kain penutup jasad pejabat itu. Wajah
almarhum terlihat oleh Jaelani seperti mayat yang tidak mendapat nur dari Allah
SWT.
Entah dari mana
munculnya, tiba-tiba dua orang mantan anak didik Jaelani muncul disampingnya.
Ya, selama ini Jaelani juga melatih beberapa orang menangani jenazah di
desanya. Hal itu ia lakukan agar mampu membantu dirinya atau bahkan
menggantikannya jika dirinya berhalangan.
Tanpa banyak tanya
segera setelah persiapan memandikan jenazah telah siap, Jaelani, 2 orang muridnya
mengangkat jenazah itu guna memandikannya. Namun belum sempat jasad mayat itu
terangkat, tiba-tiba terlihat oleh Jaelani ratusan belatung keluar dari
punggung mayat pejabat Pemprov Jatim itu.
Segera Jaelani
memanggil salah seorang anak lelaki almarhum. Jaelanipun menanyakan kepada si
anak untuk mengetahui perbuatan apa yang dilakukan oleh almarhum hingga
mayatnya cepat membusuk seperti itu. Ya, hanya dalam waktu semalam menginap di
rumah duka, jasatnya telah membusuk dengan mengeluarkan bau busuk dan belatung
sedem ikian banyaknya. Kali ini belatung yang keluar dari jasad pejabat pemprov
itu bukan hanya ratusan, tetapi ribuan jumlahnya dan menebarkan bau busuk tak
terhingga. Anak almarhum saja sampai muntah didepan mayat bapaknya. Karena tak
tahan mencium bau busuk, serta melihat ribuan belatung yang keluar dpunggung
almarhum.
Saat memandikan
jenazah, kembali terulang kejadian aneh. Ketujuh anak almarhum tidak ada yang
mau memangku jasad bapaknya saat dimandikan oleh Jaelani. Itu terjadi
lantaran mereka jijik dengan bau busuk dan belatung yang menggerogoti mayat
bapaknya yang memberinya kehidupan mewah hingga ketujuh anaknya mampu
bersekolah diluar negeri semuanya. Ya, ketujuh anak almarhum bersekolah di luar
negeri. Hingga Bapaknya meninggal dunia, beberapa anaknya telah lulus kuliah,
bekerja bahkan menikah diluar negeri dengan orang luar negeri. Ada yang menikah
dengan orang Belanda dan Amerika.
Proses pemandian
jenazahpun tanpa ada ahli waris yang memangkunya. Sekali lagi dengan ihklas Jaelani
beserta dua orang pembantunya beribadah memandikan jenazah. Saat mengurut
perutnya untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin masih ada dilubang kotoran si
mayat, tak dinyana kotoran itu ternyata justru keluar dari mulut almarhum.
“Sekedar untuk pengetahuan
pembaca, saat memandikan jenazah, badan mayat itu perlu dikembangkan sedikit
dan perutnya harus diurut-urut untuk mengeluarkan kotoran yang tersisa. Maka
saya pun pijat-pijat perut almarhum. Tapi apa yang terjadi, pada hari itu
sangat mengejutkan. Allah SWT berkehendak dan menunjukkan kekuasaannya karena
pada hari tersebut, kotoran tidak keluar dari dubur akan tetapi melalui
mulutnya. Hal itu terjadi hingga dua kali”, kata Jaelani.
Hati Jaelani
berdebar-debar. Apa yang sedang terjadi di depannya ini? Telah dua kali mulut
mayat ini memuntahkan kotoran, saya harap hal itu tidak terulang lagi karena
saya mengurut perutnya untuk kali terakhir. Tiba-tiba ketentuan Allah SWT
berlaku, ketika saya urut perutnya keluarlah dari mulut mayat itu kotoran bersama
beberapa ekor ulat yang masih hidup. Ulat itu adalah belatung. Padahal almarhum
meninggal dunia akibat serangan jantung dan waktu kematiannya terkesan sangat
cepat. Saat itu beberapa anak almarhum meyaksikan kejadian itu sebab dipanggil
oleh Jaelani untuk mengetahui apa yang terjadi dengan jasad ayahnya yang
termasuk seorang pejabat pemerintahan saat hidupnya.
Selanjutnya, takdir
Allah kembali tersingkap ketika mayat dimiringkan. Tiba-tiba keluar ulat-ulat
yang masih hidup dari mulut mayat si pejabat, hampir satu baskom banyaknya.
Baskom itu kira-kira lebih besar sedikit dari penutup saji meja makan.
Subhanallah suasana
menjadi makin panik. Benar-benar kejadian yang luar biasa sulit diterima akal
pikiran manusia biasa. Jaelani terus berdoa dan berharap tidak terjadi lagi
kejadian yang lebih ganjil.
Tentu saja mereka,
anak-anak si pejabat itu terkejut bukan main. Raut wajah mereka saat itu tak
mampu menyembunyikan rasa malu kepada Jaelani dan dua rekannya. Untungnya,
sejak pertama masuk kerumah duka dan mencium bau busuk mayat pejabat pemprov
tersebut, Jaelani telah bersepakat dengan pihak keluarga almarhum
termasuk istri almarhum untuk tidak memperbolehkan orang lain selain pengurus
jenazah menyaksikan prosesi pemandian hingga mengafani jenazah nantinya. Hal
itu sebagai antisipasi agar tidak terjadi fitnah yang memalukan pihak keluarga
almarhum.
Saat itu, Jaelani
mengatakan kepada mereka, "ini adalah ujian dari Allah kepada kita",
setelah pihak keluarga selaku ahli waris berkumpul mengelilingi jenazah
almarhum.
Almarhum pada
dasarnya seorang yang beruntung karena memiliki tujuh orang anak, semuanya
laki-laki. Semuanya berada di luar negeri. Saat ayahnya meninggal dunia, keenam
orang anaknya menyempatkan diri pulang dan menemani ibunya menyaksikan dan
mengurus jenazah sang ayah.
Ketika semua anak
almarhum masuk, Jaelani menasehati mereka. Jaelani mengingatkan bahwa tanggung
jawab mengelola jenazah seharusnya ada dipundak mereka sebagai ahli waris. “Itu
lebih afdol”, kata Jaelani saat itu. “Sedangkan dirinya hanya membantu
mereka saja”, jelas Jaelani kala itu.
Setelah selesai
memandikan jasad itu, Jasad almarhum dimasukkan kembali ke sebuah ruangan untuk
proses pengafanan. Jaelani mengambil air wudhu, sebelumnya dirinya meminta
salah satu anak almarhum menyiapkan kain kafan.
Peristiwa apa pula
yang terjadi setelah jenazah diangkat ke kamar dan hendak dikafani, takdir
Allah jua yang menentukan. Ketika mayat ini diletakkan di atas kain kafan,
ternyata kain kafan itu hanya cukup menutupi bagian atas almarhum. Sedangkan
bagian kakinya, tidak tertutupi. Kain kafan itu ternyata tidak cukup menutup
seluruh bagian tubuh jenazah. Sungguh aneh!
Kain kafan itu hanya
cukup menutupi ujung kepala, sedangkan bagian kakinya tetap terbuka. Tidak
berlebihan jika Jaelani berpikir kain kafan itu tidak mau menerima mayat
almarhum si pejabat Pemprov tadi. Agar tidak berzuudhon, Jaelani berkompromi
dengan pikirannya. Mungkin dirinya yang khilaf dikala memotong kain kafannya.
Lalu Jaelani kembali
mengambil kain kafan, memotong, menempelkan pada jasad almarhum yang belum
terkafani. Memang kain kafan jenazah itu jadi sambung-menyambung, tapi apa mau
dikata, itulah yang dapat Jaelani lakukan. Pada saat itu Jaelani menyempatkan
berdoa kepada Allah. "Ya Allah, jangan kau hinakan jenazah ini ya Allah,
cukuplah sekedar peringatan kepada hamba-Mu ini. "
Sholat jenazahpun
segera dilakukan disertai dengan taklimat oleh Jaelani. Namun usai sholat
jenazah, satu lagi masalah timbul. Jenazah tidak dapat dikirim ke tanah
pekuburan karena tidak ada mobil jenazah atau mobil ambulance. Jaelanipun
seghera menghubungi kelurahan, pusat Islam, masjid, dan sebagainya, tapi susah.
Semua sedang dipakai, beberapa tempat tersebut juga tidak punya mobil jenazah
lebih dari satu karena kereta yang ada sedang digunakan pula. Suatu hal bukan
sekedar kebetulan.
Dalam kondisi itu
seorang hamba Allah muncul menawarkan bantuan. Pria itu meminta Jaelani
menunggu sebentar untuk mengeluarkan van / sejenis mobil pick-up dari garasi
rumahnya. Setelah mobil van itu terparkir dihalaman rumah duka, tiba-tiba istri
pemilik mobil van, keluar dari rumah dan berteriak.
"Mas, saya tidak
perbolehkan mobil kita ini digunakan untuk angkat jenazah itu, sebab selama
hidupnya dia tidak pernah mengijinkan kita naik mobilnya".
Semua pelayat yang
ada di tempat itu terhenyak, kaget dan tak habis piker. Orang sekaya almarhum
mendapat perlakuan seperti itu pada saat meninggal dunia. Dosa apa yang
almarhum lakukan semasa hidupnya?
Setelah itu muncul
pula seorang pria menawarkan bantuannya. Pria itu mengaku dia anak murid
Jaelani. Dia meminta ijin Jaelani dalam hitungan waktu 10-15 menit guna
membersihkan mobilnya. Pada waktu yang ditetapkan itu, muncul mobil tersebut
truk, tapi dalam kondisi basah kuyup. Mobil itu biasa digunakan mengangkut ayam
dari sebuah peternakan ke pasar ayam. Apa hendak dikata, dari pada tidak ada
keranda, mobil yang pantas untuk mengankut jenazah, hanya mobil truk yang ada,
maka segera mayat diberangkatkan dengan menggunakan mibil truk penghangkut ayam
potong.
Dalam perjalanan
menuju kawasan pekuburan, Jaelani saya berpesan kepada para pelayat untuk tidak
membantu memasukkan jenazah keliang lahat. Ada hal yang ditakutkan oleh Jaelani
atas kejadian sebelumnya. Jaelani tidak mau para pelayat melihat
peristiwa-peristiwa ganjil seperti yang dialaminya ketika memandikan dan
mengafani jenazah almarhum.
Rupanya apa yang
ditakutkan Jaelani terbukti. Sesampai Jenazah tiba di tanah pekuburan, Jaelani
memerintahkan tiga orang anak almarhum turun ke dalam liang lahat. Sedangkan
tiga lainnya mendapat bagian menurunkan jenazah ayahnya.
Saat jenazah itu
menyentuh ke tanah tiba-tiba air hitam berbau busuk keluar dari celah-celah
tanah. Padahal, hari itu tidak ada hujan turun sedikitpun. Tanah sekitar liang
lahat yang sebelumnya kering tiba-tiba basah oleh cairan hitam entah dari mana
datangnya.
Sebuah peti adalah
alternative menanggulangi masalah itu. Peti matipun segera diambil guna
meletakkan jenazah dan memasukkannya ke liang lahat. Dengan hati-hati kami
memasukan jenazah dalam peti ke liang lahat, agar si mayat tetap pada posisinya
menghadap kiblat. Setelah masuk dalam liang lahat, segera kami menimbunnya
dengan tanah yang ternyata cepat sekali tanah itumenjadi lembek oleh cairan
hitam yang terus membanjiri peti mati yang berisi jasad pejabat Pemprov.
“Sungguh
mengherankan, saya perhatikan tanah yang diinjak itu menjadi becek. Saya tahu,
jenazah yang ada di dalam telah tenggelam oleh air hitam yang busuk itu, kisah
Jaelani.
Makam pejabat Pemprov
itu tidak tertimbun tanah hingga ke permukaannya lubangnya. Tapi ia seperti
kubur berlobang.
Melihat kondisi itu,
Jaelani memutuskan mencukupkan proses penguburan lebih cepat. Bahkan Jaelani
tidak sempat mentalkinkan si mayat. Dirinya juga mengaku hanya membacakan doa
paling sederhana alias doa pendek kepada si mayat.
Sepulang dari
pemakaman, Jaelani menumpulkan kembali keluarga almarhum dan bertanya kepada
istri almarhum tentang kemungkinan sebab-sebab almarhum mengalami proses
pemakaman yang ganjil tersebut.
Apakah almarhum
pernah menzalimi orang alim?
Atau mendapat harta
secara merampas, menipu dan mengambil yang bukan haknya, menyalagunakan jabatannya,
seperti korupsi misalnya? Atau memakan harta masjid dan anak yatim? Atau tidak
pernah mengeluarkan zakat, shodaqoh dan infaq?
Satupun pertanyaan
Jaelani tidak dijawab oleh istri almarhum. Entah mengapa istri, anak-anak
almarhum tidak menjawab pertanyaan Jaelani. Mungkin mereka malu mengatakannya
kepada Jaelani. Tapi yang jelas, lelaki itu adalah seorang pejabat eselon I di
lingkungan Pemprov Jatim. Pejabat itu meninggal dunia akibat serangan jantung.
Ia meninggal dunia di dalam mobil di areal perparkiran sebuah mall di Surabaya
pada saat jam kerja.
Sekedar tambahan
informasi bagi pembaca, diantara ketujuh anak almarhum selain berpendidikan
tinggi, kini mereka ada yang beristrikan orang Amerika, Australia dan seorang
lagi istrinya adalah warga Negara Jepang.
“Harapan saya, semoga
kisah ini menjadikan para pejabat tidak melakukan kesewenang-wenangan kepada
masyarakat maupun kekayaannya. Sebab kekayaan pemerintah hakekatnya adalah
milik rakyat. Jangan dikorupsi atau disalahgunakan. Sebab azab Tuhan itu nyata
adanya. Bertobatlah wahai para pejabat, sebelum azab menghukum di dunia
terlebih di akherat nanti”,kata Jaelani mengakhiri kisahnya.mnt
________________________________________________
sumber : Copas dari : http://suaratuhan.blogspot.com/2012/12/siksa-jenazah-seorang-kepala-kantor-di.html
No comments:
Post a Comment