Monday 1 July 2013

Dzikrul Maut - 01. Misteri Ruh Manusia Pada Saat Meninggal Dunia *)





Misteri Ruh Manusia

Manusia merupakan makhluk fisik yang didalamnya terkandung ruh. Dengan kata lain, manusia adalah Allah swt yang diciptakan dari dua unsur, yakni badan dan ruh, jasmani dan ruhani. Badan atau jasmani merupakan sesuatu yang bersifat syahadah (nampak) dan  dapat diketahui dengan panca indera. Sementara ruh bersifat ghaib (tidak nampak) dan tidak dapat diketahui dengan panca indera, namun dapat dirasakan kehadirannya.

Mengingat keberadaan ruh yang bersifat ghaib dan misterius inilah yang menyebabkannya sangat menarik dibicarakan orang-orang sejak jaman dahulu sampai sekarang. Namun demikian, tidak ada satu pun diantara mereka yang mengetahui hakekatnya secara pasti, selain Allah Yang Menciptakannya. Pengetahuan  mereka tentangnya sekedar bersifat rabaan. Kalaupun ada orang yang mengetahuinya, itupun hanya sebagian kecil. Sebagaimana hal ini ditegaskan Allah sendiri dalam QS Al-Isra’ : 85, sebagai jawaban dari pertanyaan orang Yahudi kepada Rasulullah saw :

وَيَسْأَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوْتِيْتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيْلًا

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS Al-Isra` : 85)

Dari kalangan manusia, orang yang paling banyak mengetahui keberadaan ruh tentu saja adalah orang yang telah diberitahu sendiri oleh Allah swt melalui wahyu-Nya, yakni Nabi Muhammad saw, dan orang-orang tertentu yang dikehendaki-Nya.

Pembahasan berikut ini difokuskan pada persoalan ruh orang yang sudah mati dalam kaitannya dengan pentingnya arti hadiah pahala dan bantua doa dari orang yang masih hidup kepada orang yang sudah mati, serta ritus kematian lainnya dengan bersumberkan pada Al-Qur’an, Al-Hadis dan pendapat kaum shalihin.



Pengertian Kematian

Persoalan “Yang Mengalami Kematian itu Ruh Ataukah Badan ?”, para ulama, filosof dan pemikir muslim berbeda pandangan dalam hal ini. Diantara mereka ada yang berpandangan :

a. Yang mengalami kematian adalah ruh, bukan badan. Karena ruh merupakan jiwa (an-nafs), sedangkan setiap jiwa akan mengalami kematian. Beberapa ayat Qur`an menunjukkan bahwa apa saja selain Allah akan rusak, binasa dan mati. Termasuk juga malaikat, iblis dan jin . Allah berfirman :
 Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. “ (QS Ar-Rahman : 26-27).
Jika para malaikat saja akan mati, apalagi ruh atau jiwa manusia, tentu lebih layak mati.
b. Ruh tidak akan mati, karena ia bersifat kekal, dan yang mengalami kematian adalah badan. Banyak hadis Nabi tentang adanya siksa dan nikmat kubur yang dirasakan oleh ruh setelah berpisah dengan badan, sampai Allah mengembalikannya pada badan di hari ba’ats. Sekiranya ruh itu mati, tentu ia tidak merasakan siksaan dan kenikmatan kubur. Hal ini sesuai dengan  Ayat 169-179 QS Ali Imran yang menjelaskan bahwa para syuhada` pada hakekatnya tidak mati, tetapi meraka tetap hidup di sisi Tuhannya.
c. Pendapat yang benar : Yang dinamakan kematian adalah berpisah dan keluarnya jiwa/ruh dari badan. Menurut pemahaman ini, maka ruh atau jiwa memang bisa mati, yakni dalam pengertian berpisahnya ruh dari badannya. Namun jika yang dimaksudkan dengan kematian adalah berarti hilang dan lenyapnya ruh/jiwa sama sekali, maka itu tidak benar. Karena setelah berpisah dari badannya, ruh tetap kekal dengan kenikmatan dan siksaan. Beberapa nash Al-Qur`an dan Hadis menunjukkan hal ini. 


Kondisi Ruh Pada Saat Meninggal Dunia.

Imam Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’iy, Ibnu Majah dan Abu Awanah al-Isfira`iniy meriwayatkan hadis yang cukup panjang, yang bersumber dari Al-Bara` bin Azib r.a. Al-Hafizh Abdullah bin Mandah juga meriwayatkan hadis serupa yang bersumber dari Al-Bara` bin Azib, tetapi teksnya sedikit berbeda dan ada beberapa tambahan. Berikut ini merupakan kisah kehidupan ruh saat ajal telah datang yang penulis rangkai dari kedua hadis tersebut:

Pada saat Al-Bara` sedang mengurus jenazah orang Anshar di pekuburan Baqi`, Rasulullah saw mendatanginya dan duduk dengan dikelilingi para sahabat. Kemudian beliau saw menghadap ke arah mayat seraya bersabda:  “A’udzubillaahi min ‘adzabil qobri – 3x” (Aku berlindung kepada Allah dari siksa kubur).

Selanjutnya beliau saw memberikan wejangan yang menjelaskan tentang keadaan ruh orang mukmin dan orang kafir sejak dicabut sampai jasadnya dimasukkan ke liang kubur.


PERTAMA : RUH ORANG MUKMIN.

Pada saat telah datang ajalnya, Malakul maut (malaikat pencabut nyawa) pun datang dengan rupa menawan dan berbau harum, lalu duduk di arah kepalanya. Kemudian diiringi oleh para malaikat yang membawa keranda dan kain kafan dari surga. Wajah mereka bagaikan matahari. Mereka duduk di sekelilingnya sejauh mata memandang. Malakul maut berkata, “Ayyatuhan nafsut-thoyyibah, ukhrujii ila maghfirotin minalloohi wa ridhwaan” (Hai jiwa / nyawa yang baik! Keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah). Nyawa itu keluar dengan bau yang sangat harum seharum minyak kesturi, ia mengalir bagaikan mengalirnya air dari wadah, lantas dicabut dan diambil secara cepat oleh malakul maut. Malaikat pengiring segera mengambilnya, lalu meletakkannya di kafan dan keranda (dari surga).

Mereka membawanya naik, sementara para malaikat yang dilewati sama bershalawat dan mendoakan kebaikan kepada ruh. Mereka berkomentar: “Betapa harumnya ruh ini”. Malaikat pembawa ruh bilang: “Ini (ruhnya) fulan bin fulan”. Mereka mengucapkan selamat datang dan menyanjungnya dengan pujian yang baik, hingga ruh sampai di langit dunia. Mereka meminta agar pintu langit dibuka, dan pintunya pun dibukakan untuknya. Begitu seterusnya ruh diantarkan dari satu langit ke langit diatasnya, hingga sampai di puncak langit, yakni ‘Arasy, tempat Allah bersemayam. Allah berfirman : “Tulislah kitab hamba-Ku di ‘illiyyin dan kembalikan lagi ia ke bumi, tempatnya berbaring. Karena Aku berjanji kepadanya, bahwa Aku menciptakannya dari tanah, didalam tanah Aku kembalikan, dan dari tanah pula Aku keluarkan/bangkitkan pada kesempatan yang lain”

Selanjutnya, ruh dikembalikan ke jasadnya (pada saat diletakkan di liang kubur), dua malaikat Munkar dan Nakir lantas datang sambil menaburkan tanah dengan kedua taringnya dan menggali tanah dengan rambutnya. Setelah didudukkan, kedua malaikat itu bertanya kepada mayit : siapa Tuhannya, apa agamanya, siapa Nabi yang yang diutus kepadanya, dan apa pendapatnya tentang kitab Al-Qur’an. Setelah semua pertanyaan dijawab dengan benar, ada suara (Allah) yang menyeru : “Hamba-Ku benar. Bentangkan surga untuknya dan bukakan salah satu pintu surga”. Dan kuburnya pun dilapangkan sejauh mata memandang. Kemudian ada seseorang yang wajahnya menawan, berbau harum dan berpakaian indah mendatanginya sambil berkata: “Bergembiralah kamu, disebabkan sesuatu (amal) yang membuatmu gembira. Ini merupakan hari yang pernah dijanjikan Allah kepadamu”. Tanya si mayit, “Siapa Anda? Wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan”. “Aku adalah amal sholihmu”, kata orang itu.


KEDUA : RUH ORANG KAFIR, MUNAFIK DAN FASIK.

Para malaikat turun kepadanya dengan wajah hitam dan sangar sambil membawa keranda mayat dan kain kafan kasar dari neraka. Mereka duduk sejauh mata memandang. Malakul maut pun lalu datang dan duduk di dekat kepalanya sambil berkata, “Ayyatuhan nafsul khobitsah! Ukhrujii ila sukhthin minalloohi wa ghodhob” (Hai nyawa yang kotor! Keluarlah menuju kemurkaan dan kemarahan Allah”. Seketika itu ruhnya berpencar di seluruh badannya, karena tidak mau keluar. Malakul maut lantas mencabut nyawanya dengan paksa, sebagaimana tusuk besi yang dicabut paksa dari kain wol basah. Hal ini sesuai dengan firman Allah :

 “… Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS Al-An’am: 93)

Para malaikat lain langsung mengambilnya dari malakul maut dan meletakkannya di kain kafan dan dimasukkan ke keranda, lalu dibawa naik. Setiap malaikat yang dilewatinya bertanya, “Bau busuk apa ini?”. “Bau busuknya Fulan bin Fulan”, jawab malakul maut. Merekapun sama mencela dan melaknatnya, sehingga ruh tiba di langit dunia. Sewaktu diminta agar dibukakan, seluruh pintu langit justru tidak dibukakan baginya.

Selanjutnya Rasulullah saw membacakan QS Al-A’raf : 40,

“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lobang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.
Allah swt berfirman kepada malaikat: “Tulislah kitab (catatan amal)nya di sijjin (penjara) di bumi terbawah. Kemudian kembalikan ke tempatnya berbaring, Karena Aku berjanji kepadanya, bahwa Aku menciptakannya dari tanah, didalam tanah Aku kembalikan, dan dari tanah pula Aku keluarkan/bangkitkan pada kesempatan yang lain”. Ruh tersebut lantas dilemparkan begitu saja dan dikembalikan ke jasadnya.

Selanjutnya dua malaikat (Munkar dan Nakir) datang dan bertanya kepadanya tentang siapa Tuhannya, Nabinya, agamanya dan seterusnya. Jawabnya : “Ha ha ha! Aku tidak tahu”. Dari atas ada suara yang menyeru : “Hamba-Ku ini telah berdusta. Bentangkan neraka untuknya dan bukakan pinta menuju ke neraka”. Kepadanya lalu didatangkan panas dan racun neraka. Munkar dan Nakir memukulinya dengan besi dan kuburnya dipersempit hingga tulang-tulang rusuknya remuk dan tercecer. Seseorang yang berwajah buruk, berpakaian gembel dan berbau busuk mendatanginya sambil berkata, “Terimalah kabar yang menyedihkanmu. Inilah hari yang dijanjikan kepadamu”. “Siapa Anda? Nampaknya Anda datang sambil membawa keburukan”, tanya si mayit. “Aku adalah amal burukmu”, jawabnya.

Ibnu Qayyim al-Jauziyah mengatakan, “Itu merupakan hadis yang masyhur yang keshahihannya dijamin para penghafal hadis. Kami tidak melihat seorang pun dari para imam hadis yang menyangsikan isinya. Bahkan mereka meriwayatkan hadis ini didalam buku-buku mereka, menerimanya dan menjadikannya sebagai dasar tentang adanya nikmat dan siksa kubur, pertanyaan Munkar dan Nakir, pencabutan ruh, naiknya ruh ke hadirat Allah, kemudian dikembalikan lagi ke kubur menghadapi pertanyaan Munkar Nakir”.

Selain bersumber dari Al-Bara’ bin ‘Azib, ada beberapa hadis serupa, seperti hadis shahih yang bersumber dari Abu Hurairah ra, yang menurut Abu Na’iman, hadis ini disepakati kebenarannya oleh para penukil hadis, termasuk oleh imam Al-Bukhari dan Muslim. 

Demikian pula hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas, didalam hadis ini ditambahkan bahwa pada saat menjelang ajalnya, mayat mampu melihat para malaikat tersebut dan tidak ada yang terlihat selain mereka. Jika ia muslim, para malaikat memberinya kabar gembira berupa surga dan kenikmatannya, serta memperlakukannya dengan lemah lembut. Malaikat mencabut nyawanya dari anggota badan paling bawah, dari kuku (di kaki) dan sendi-sendinya, satu persatu menjadi mati dan ia menjadi lemah. Setelah ruh dihadapkan dan diterima Allah, lalu dikembalikan malaikat pada saat mayatnya diurusi, dimandikan dan dikafani, lalu di masukkan diantara badan dan kain kafannya.



_______________________________________________

*) Sumber : Disarikan dari :
1). Buku "DZIKRUL MAUT", tulisan Achmad Suchaimi, penerbit RoudhoH - Surabaya, cet. 1 - Mei 2004.
2). Kitab AR-RUH, tulisan Ibnu Qoyyim Al-Jauzi







No comments:

Post a Comment