Friday 12 July 2013

DM - 11. KISAH NYATA : HALILINTAR MEMBELAH MAKAM SANG PEZINA





AKIBAT MENGOBRAL DOSA


Pada sekitar tahun 1995, sebuah desa di wilayah Cianjur -  Jawa barat digemparkan dengan meninggalnya seorang wanita, akibat penyakit Aids/HIV yang dideritanya. Sebut saja bernama Fulanah, wanita yang dikenal masyarakatnya sebagai WTS, wanita panggilan, PSK dan sejenisnya. Setiap malam ia terlihat berada di lokalisasi setempat. Dari hari ke hari hidupnya dipenuhi dengan Lumpur dosa. Bulan berganti dan tahun pun berlalu, ia tetap tak mau merubah profesinya. Agama Islam yang ia anut seolah hanya tontonan. Nasehat atau peringatan keluarga dan tetangganya hanya dianggapnya angin lalu. Kepentingan materi seolah menjadi segala-galanya bagi Fulanah, sehingga ajaran agama yg dulu pernah ia pelajari seakan terhapus oleh silaunya kehidupan malam yang ia jalani. Dia benar-benar lupa dengan penghitungan amal di kemudian hari.

Sebetulnya di sekitar desanya terdapat beberapa pesantren. Baik sadar atau tidak ia sering medengar ceramah agama yang disampaikan para kiyai dan ustadz, terutama yang membahas tentang larangan berzina. Namun, dosa-dosa yang ia jalani itulah yang menyebabkan hatinya tertutup menerima pancaran sinar ilahi. Bahkan menyebabkannya lupa dengan dampak negatif dari perzinahan, seperti penyakit Aids/HIV yang siap menggerogoti pezina. Juga membuatnya tak sadar bahwa perzinahan dapat merugikan dirinya, keluarganya, masyarakatnya dan anak keturunannya nanti. Contoh kerugian yang paling kongrit diterima anak keturunannya adalah sebutan “anak zina” atau “anak haram”, suatu sebutan yang dapat menyengsarakan hati si anak. Meskipun dalam pandangan agama tidak ada yang namanya “anak haram”. Semua anak dilahirkan dalam keadaan suci dan tidak membawa dosa, sekalipun kelahirannya akibat dari perzinahan.



MAUT DATANG MENJEMPUT


Pada saat meninggalnya, jenazah fulanah diurusi seperti jenazah pada umumnya. Prosesi pengurusan jenazah mulai dari memandikan, mengkafani, menshalatkan sampai menguburkannya berjalan lancar tanpa ada kejadian aneh.

Sudah menjadi adat masyarakat sunda. Setiap selesai penguburan, pihak keluarga mengadakan doa-dzikir ritual. Ada yang mengadakan tahlilan, dengan membaca surat Yasin, ayat-ayat Al-Qur’an, dan kalimat thoyyibah lainnya, serta mendoakan ampunan dengan mengundang famili dan tetangga ke rumah duka setiap malam hari sampai malam ketujuh. Dan ada pula yang mengundang beberapa orang yang dikenal pandai agama, huffazh (penghafal Al-Qur’an) dan menguasai bacaan Al-Qur’an untuk mengkhatamkan Al-Qur’an sekian kali selama beberapa hari di makamnya. Pihak keluarga lebih memilih yang kedua, yakni mengundang para santri dari sebuah pesantren terdekat untuk mengkhatamkan Al-Qur’an di makamnya.

Persiapan segera dimulai. Mereka dibagi empat kelompok: pagi, siang, sore dan malam. Masing-masing kelompok terdiri dari tiga santri yang dengan rela hati dan ihlas serta berani berada di lokasi makam Fulanah.


HALILINTAR DATANG MENYAMBAR MAKAM.

Sore harinya setelah penguburan Fulanah, kegiatan mengaji Al-Qur’an dimulai dari malam sampai pagi hari. Surat demi surat dan juz demi juz dapat mereka khatamkan dengan lancar dan cepat tanpa mengurangi kaidah ilmu tajwid. Suasana di makam terasa biasa-biasa saja.

Pada hari kedua, sejak pagi mulai nampak keganjilan-keganjilan. Cuaca seakan terus berganti antara dingin dan panas. Perasaan tak menentu dan takut menyelimuti para santri yang bertugas. Suasana yang tak mengenakkan semakin terasa saat menjelang malam. Benar, setelah 1 jam pergantian kelompok dari sore ke kelompok malam, tepatnya pukul 1 dini hari, langit berubah semakin gelap. Awan hitam berputar mengelilingi makam Fulanah. Tidak lama setelah santri mengkhatamkan Al-Qur’an untuk yang ketujuh kalinya, tiba-tiba terdengar gelegar halilintar menyambar tepat ke tengah-tengah makam hingga tanahnya beterbatangan dan semburat keluar tak tentu arah.  Makam terbelah menjadi dua. Menyaksikan kejadian yang mengerikan itu, santri yang bertugas segera berlarian. Demikian pula penduduk yang sedang ronda malam ikut menyaksikan terbelahnya makam Fulanah tersebut.

Keesokan harinya,  masyarakat desa berbondong-bondong datang ke kuburan, dan mereka jelas menyaksikan makam terbelah, susunan papan penutup liang kubur terlihat. Mereka ramai-ramai mengumpulkan tanah yang semburat untuk ditimbunkan kembali pada makam tersebut. Namun sungguh di luar dugaan. Kejadian aneh terulang kembali. Tanah yang mereka timbunkan ke makam Fulanah secara perlahan-lahan bergerak kembali dan semburat ke sana-sini seolah tidak mau diletakkan diatas makam. Lambat laun makam terbelah lagi untuk yang kedua kalinya.  Dan masyarakat pun gempar.

Untuk mengatasi masalah ini, para ulama dan masyarakat sepakat untuk menggali kembali makam dan memindahkan jenazahnya ke lokasi lain di luar desa …..


____________________________________

*)    Ringkasan Kisah Nyata ini bersumber dari Majalah Hikayah, edisi 04 Th.II Muharram 1425 H/Maret 2004 M, hal. 18 – 22.

5 comments:

  1. ya Allah.....
    benar2 menyeramkan!!!

    ReplyDelete
  2. ya Allah mudahkan aku untuk tetap hidup di jalanmu

    ReplyDelete
  3. Ah nu bener yeuh?!. Dewek asa kurang percaya yeuh.

    ReplyDelete
  4. Nauzubillah....semoga Allah mengampuni dosa"ku.Ngeri bgt azab Allah...

    ReplyDelete
  5. La hawla wa la quwwata illah billahil 'aliyyil 'adhim.

    Sungguh sangat menakutkan, mengerikan, sekaligus mengingatkan. Ada kisah yang patut ditadaburi oleh orang-orang beriman. Perbuatan dosa (zina) melahirkan hukuman (azab) Allah. Peringatan diturunkan untuk menjadi bahan pelajaran.

    Adakah kisah nyata tak berpengaruh pada jiwa Anda? Jangan begitu. Cerita in harus diambil hikmahnya.

    Terima kasih atas cerita nyata-nya mas achmad.

    Salam,

    Ahmad
    https://agamahatidanilahi.blogspot.co.id

    ReplyDelete