Thursday 11 July 2013

DM - 09. SIKSA KUBUR *)




Persoalannya:
Apakah ruh dikembalikan ke badan setelah dipisahkan (wafat) sewaktu menghadapi pertanyaan Munkar dan Nakir didalam kuburnya?
Apakah ada siksa kubur? Jika ada siksa kubur, apakah yang disiksa ruhnya, badannya, ataukah ruh dan badannya sekaligus?.


Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama. 

Ada sebuah hadis yang cukup panjang, bersumber dari Al-Bara' bin Azib, Abu Hurairah dan Ibnu Abbas yang menjelaskan tentang proses pencabutan nyawa sampai adanya nikmat dan siksa kubur. Semua ulama ahlussunnah dan lainnya sependapat dengan isi hadis itu.

Perlu diketahui, dikembalikannya ruh mayat ke badan bukan berarti bahwa badan dan ruh menyatu terus secara tetap, lantas mayat itu hidup terus didalam kuburnya. Tetapi dikembalikannya ruh  ke badan adalah dalam rangka menghadapi pertanyaan malaikat. Selain itu menunjukkan tetap adanya keterkaitan dan hubungan antara ruh dengan badannya didalam kubur, meskipun badan telah rusak.

Sebagaimana orang yang sedang tidur, ruhnya bisa keluar kemana saja, tetapi tetap terkait dan menyatu dengan badannya, sehingga ia tetap hidup. Hanya saja hidupnya orang yang sedang tidur tidak seperti hidupnya orang yang sedang jaga dan sadar (tidak tidur). Jadi, keadaan orang mimpi itu seperti antara hidup dan mati. Begitu pula dikembalikannya ruh ke badan, kondisinya seperti orang tidur, yakni antara mati dan hidup


PANDANGAN IBNU TAIMIYAH :

Kata Ibnu Taimiyah: beberapa hadis shahih dan mutawatir menunjukkan tentang dikembalikannya ruh ke badan saat menghadapi pertanyaan munkar dan nakir. Namun segelintir orang berpendapat, bahwa pertanyaan kubur hanya ditujukan kepada badannya saja, dan bukan kepada ruhnya, namun Mayoritas ulama menolak pendapat ini. Ada yang berpendapat, pertanyaan itu ditujukan kepada ruh saja, dan bukan badan, sebagaimana yang dilontarkan oleh Ibnu Hazm dan Ibnu Murrah. Kedua pendapat terakhir ini tidak benar. Yang benar adalah ditujukan kepada ruh dan badan, setelah keduanya dihubungkan kembali.

Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah --gurunya Ibnul Qayyim--  pernah diberondong pertanyaan:  "Apakah siksa kubur ditimpakan kepada ruh ataukah badan? Apakah hanya ditujukan ke ruh tanpa badan, ataukah ke badan tanpa ruh? Apakah yang merasakan nikmat dan siksa kubur itu ruh dan badan secara bersama-sama, ataukah tidak bersama-sama?"

 Jawabnya: Nikmat dan siksa kubur ditimpakan kepada ruh dan badan secara bersama-sama. Ini sesuai dengan kesepakatan Ahlussunnah wal-Jamaah. Ruh dapat merasakan nikmat dan siksa secara sendirian, terpisah dari badan. Pada saat ruh dikembalikan dan dikaitkan dengan badan, keduanya secara bersama-sama bisa merasakan nikmat dan siksa kubur.

 Persoalannya, "Apakah siksa dan nikmat dapat dirasakan sendirian oleh badan, tanpa ruh?"

Dalam hal ini ada tiga kelompok pendapat :

Pertama. Hanya ruh saja yang merasakan nikmat dan siksa, sedangkan badan tidak merasakannya. Hal ini dikemukakan oleh : 1) Para Filosof yang mengingkari adanya kebangkitan badan. Secara ijmak, mereka dianggap sama dengan kafir. Menurut mereka, nikmat dan siksa hanya terjadi di akhirat.  2) Mu'tazilah dan lain-lain yang mengakui kebangkitan badan yang terjadi pada Yaumul Ba'ats, bukannya kebangkitan di alam Barzakh. Menurutnya, ruh sendirian yang merasakannya di alam barzah. Namun setelah kiamat, ruh dan badan bersama-sama menerima siksa dan nikmat.  3) Pendapat ini juga dikemukakan oleh sekelompok teolog (mutakallimin) muslim seperti Ibnu Murrah dan Ibnu Hazm, baik sewaktu di alam barzah maupun di hari kiamat.

Kedua. Ruh dan badan merasakan nikmat dan siksa. Namun ruh saja tidak  bisa merasakannya, sebab ruh hanyalah kehidupan. Ini pendapat para teolog dari kalangan Mu'tazilah. Mereka mengingkari kekalnya ruh setelah berpisah dengan badan untuk menerima nikmat dan siksa.

Ketiga. Di alam barzah tidak ada nikmat dan siksa kubur sampai datangnya kiamat kubro, sebagaimana yang dikemukakan oleh sebagian Muktazilah dan orang yang mengingkari adanya nikmat dan siksa kubur. Sebab, ruh itu tidak kekal dan ia ikut mati bersama badan, sementara badan saja tidak bisa merasakan nikmat dan siksa.

Keempat. Pendapat Ulama Salaf. Kesemua pendapat di atas batil dan sesat. Yang benar, setelah manusia wafat, ruh dan badan bersama-sama menerima nikmat dan siksa kubur. Ruh tetap kekal setelah berpisah dengan badan. Tetap kekal dalam pengertian bahwa keadaan ruh relatif kekal, tidak mati, dan tidak rusak sebelum datangnya kiamat kubro, bila dibandingkan dengan keadaan badan yang rusak, membusuk dan bahkan lenyap. Jadi kekalnya ruh bukan berarti ia tidak fana` (tidak akan rusak). Ruh tetap memiliki sifat fana', sesuai dengan QS Ar-Rahman: 26-27. Namun kekalnya adalah bukan  berasal dari dirinya atau asal dzatnya, tetapi memang sengaja dikekalkan oleh Allah. Tidak seperti pendapat sebagian kaum filosof yang menganggap bahwa ruh kekal selamanya sebagaimana kekalnya Tuhan. Pendapat seperti ini sesat, dan imam Al-Ghazali dan mayoritas Ahlussunnah wal Jama'ah menghukiminya sebagai kafir.

Ruh terkait dan berhubungan dengan badan, sehingga badan dan ruh bersama-sama merasakan nikmat dan siksa kubur. Kemudian pada hari kiamat kubro, semua ruh mengalami mati (pingsan, fana'). Baca QS Az-Zumar : 68) lalu dipersatukan kembali dengan badannya secara sempurna.

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَصَعِقَ مَنْ فِى السَّمَاوَاتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ إِلَّا مَنْ شَاءَ اللَّهُ. ثُمَّ  نُفِخَ فِيْهِ أُخْرَى فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنْظُرُوْنَ

Artinya : “Dan ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi Maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). [QS Az-Zumar, 39 : 68].


Mereka (ruh dan badan) bersama-sama bangkit dari kuburnya menghadap Robbul 'alamin. Keyakinan tentang kebangkitan badan bersama ruh ini merupakan kesepakatan kaum muslimin, disamping juga diyakini oleh kaum Yahudi dan Nasrani.


Kata Ibnu Taimiyah lagi, hadis-hadis shahih tenang siksa kubur dan pertanyaan Munkar dan Nakir cukup banyak jumlahnya dan saling kuat-menguatkan, sehingga dapat meningkatkan kedudukannya menjadi hadis Mutawatir.

Diantara hadis tentang siksa kubur adalah :

1). Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis shahih dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah saw pernah melewati dua kuburan. Sabda beliau : "Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini benar-benar disiksa. Keduanya disiksa bukan disebabkan dosa besar. Yang seorang disiksa karena tidak membersihkan (istinjak) setelah kencing. sedangkan yang lain disiksa karena suka mengadu domba". Selanjutnya beliau saw minta diambilkan dahan pelepah korma dan dibelah jadi dua bagian (untuk diletakkan diatas kedua kuburan itu), lantas bersabda : "Barangkali dahan pelepah korma ini dapat meringankan siksa keduanya, selama dahan itu belum mengering".

Hadis ini sebagai salah satu dasar berlangsungnya adat kebiasaan membawa kembang sewaktu berziarah kubur. Dalam hal ini, kembang dikiaskan dengan dahan pelepah kurma. Selama masih basah dan belum karing, kembang dapat bermanfaat bagi mayit.

Hanya saja yang dipersoalkan adalah, "Apakah yang disiksa tadi mayit orang kafir ataukah mukmin?". Sebagian ulama bilang, bahwa ia kafir, sebab orang kafir akan disiksa terus menerus sampai kiamat, baik karena dosa kekafirannya maupun dosa semacam tidak istinjak dan mengadu domba. Karena itu beliau saw  hanya meletakkan dahan korma di atas kuburan sekedar untuk meringankan siksa mayit, sampai dahan itu mengering. Jika mayit itu mukmin, tentu beliau saw akan memintakan syafaat dan memohonkan ampunan untuk keduanya". Sebagian ulama yang lain mengatakan, bahwa mereka berdua adalah orang mukmin. Hal ini diperkuat dengan beberapa hadis yang menjelaskan adanya siksa kubur bagi orang mukmin yang berdosa.

2). Dalam Shahih Muslim diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit, yang intinya, bahwa Rasulullah saw pernah melewati empat sampai enam kuburan sambil menaiki baghal (keledai). Tiba-tiba baghalnya ketakutan dan menghindar dari tempat itu, sehingga beliau hampir saja terjatuh. Beliau bertanya, kuburan siapa ini. Jawab sahabat: itu kuburan orang kafir-musyrik. Beliau bersabda : "Penghuni kubur ini sedang disiksa. Seandainya kalian tidak dikuburkan (setelah mati), tentu aku akan berdoa agar Allah memperdengarkan kepada kalian siksa kubur sebagaimana yang sedang aku dengarkan ini".
Barangkali hadis ini yang dijadikan alasan orang salaf dahulu membawa hewan-hewan tertentu ke kuburan untuk mengetahui (mengetes) apakah penghuniya disiksa ataukah tidak.

3). Disebutkan didalam Shahih Muslim dan seluruh kitab As-Sunan dari Abu Hurairah ra dan dari Ibnu Abbas ra: Rasulullah saw memerintahkan agar pada saat tasyahhud akhir dalam shalat hendaklah membaca doa memohon perlindungan dari empat hal, yaitu dari siksa neraka, siksa kubur, cobaan (fitnah) hidup dan mati, serta cobaan (fitnah) al-Masih ad-Dajjal.

أَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ

Alloohumma innii a'uudzu bika min 'adzaabi jahannam, wamin 'adzaabil qobri, wamin fitnatil mahyaa wal mamaati, wamin syarri fitnatil masiihid-dajjaal.
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahannam, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari fitnah al-Masih ad-Dajjal".

Sedangkan mengenai pertanyaan kubur, cukup banyak hadis shahih yang menjelaskannya. Diantaranya:

1). Didalam Ash-Shahihain dan As-Sunan diriwayatkan hadis dari al-Bara` bin Azib, sebagaimana disebutkan di muka, yang intinya menjelaskan tentang kondisi ruh menjelang mati (sakaratul maut), adanya pertanyaan kubur, dikembalikannya ruh ke badan, dan siksa kubur yang menimpa ruh dan badan secara bersama-sama.

2). Didalam kitab Ash-Shahihain juga disebutkan hadis dari Qatadah, dari Anas bin Malik ra, yang secara ringkas menjelaskan : Jika mayit muslim sudah dikubur, ia benar-benar mendengar suara sandal para pengantar sewaktu pulang. Lalu ia didatangi dan didudukkan oleh dua malaikat untuk ditanya tentang siapa Nabi Muhammad saw dll. Kemudian kuburnya dilapangkan dan diperlihatkan kepadanya calon surganya. Sedangkan bagi mayat kafir atau munafik, dia tak bisa menjawab pertanyaan malaikat tersebut, lantas ia dipukul dengan benda dari besi diantara kedua telinganya. Dia pun menjerit keras sampai didengar apa saja (hewan) yang ada di atas kuburannya.

3). Hadis dari Abu Hurairah ra menjelaskan bahwa mayat didatangi dua malaikat yang berwajah angker (munkar dan nakir) untuk menerima pertanyaan kubur. Orang mukmin dapat menjawab semua pertanyaan, lantas kuburannya dilapangkan dan menjadi terang, serta dikatakan : "Tidurlah, seperti pengantin baru yang tidak dibangunkan kecuali ada keluarga yang paling dicintainya datang, sampai Allah membangkitkan di hari kiamat". Sedangkan mayat kafir, ia tak mampu menjawab, lantas dikatakan kepada tanah : "Himpitlah orang ini", sehingga tulang rusuknya remuk berceceran. Ia akan terus menerus disiksa sampai datangnya kiamat. (HR Abu Hatim)

Allah swt secara gamblang menjelaskan tentang keniscayaan adanya siksa kubur didalam firman-Nya :

وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُوْنَ فِيْ غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَ الْمَلائِـكَةُ بَاسِطُوْا أَيْدِيْهِمْ أَخْرِجُوْا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُوْنِ بِمَا كُنْتُمْ تَقَوْلُوْنَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُوْنَ

"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarkanlah nyawamu". Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.." (QS Al-An'am : 93) 

Ayat di atas menjelaskan adanya siksaan bagi orang yang zhalim pada saat pencabutan nyawa. Dan ini merupakan salah satu bentuk dari siksa kubur.

اَلنَّارُ يُعْرَضُوْنَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَ عَشِيًّا, وَ يَوْمَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ اَدْخِلُوْا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
 (سورة المؤمنون : 46 )

"Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir`aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir`aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras". (QS Al Mukmin : 45-46)

Komentar Imam Ahmad bin Hanbal : "Siksa kubur merupakan kebenaran yang tidak diingkari kecuali oleh orang yang sesat dan menyesatkan".

______________________________________



*) Sumber : Disarikan dari :
1). Buku "DZIKRUL MAUT, mengintai perjalanan ruh orang mati", tulisan Achmad Suchaimi, dengan Kata Pengantar (Taqdim) oleh KH A. Mustofa Bisri, penerbit RoudhoH - Surabaya, cet. 1 - Mei 2004.
2). Kitab “AR-RUH”, tulisan Ibnu Qoyyim Al-Jauzi







No comments:

Post a Comment