Tuesday 9 July 2013

DM - 05. ARTI SEBUAH MIMPI *).





Mungkin ada orang yang berkomentar, mustahil ruh orang mati dapat bertemu dengan ruh orang hidup. Semua sekedar  mimpi sebagai kembangnya orang tidur, atau akibat pengaruh dari kejadian-kejadian yang sangat membekas dalam hati, bisikan jiwa, atau dari rekayasa setan dan lain-lain.

Ibnu Qoyyim menegaskan, komentar orang semacam itu batil dan tidak bisa diterima.Sebab, jika orang mati itu memberitahukan tentang harta yang tersimpan di suatu tempat, hutang yang belum ia bayar, sesuatu peristiwa yang akan terjadi, perihal kematiannya atau kematian keluarganya, serta berita-berita lainnya, dan ternyata semua yang dikabarkan itu benar, bisa dibuktikan dan sesuai dengan kenyataan. Lalu siapakah orang yang terlihat dalam mimpi itu? Apakah ia syetan?. Jika bukan syetan, lalu siapa? Dan jika yang bermimpi itu orang-orang yang terkenal kesucian dan kesalehannya seperti para sahabat, tabiin, auliya', ulama dan kaum shalihin lainnya, lalu mereka menceritakannya kembali dan menyatakan kebenarannya, apakah lantas mereka telah melakukan kebohongan?

Memang benar, diantara mimpi itu ada yang terjadi karena pengaruh bisikan jiwa dan gambaran keyakinan. Bahkan banyak orang bermimpi akibat dari pengaruh berbagai lintasan dalam hatinya, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Mimpi itu ada tiga macam:
1).   Mimpi yang datangnya dari Allah; 
2).   Mimpi dari syetan;          
3).   Mimpi akibat dari pengaruh bisikan jiwa.

Mimpi yang shadiqah (yang benar) itu pun ada beberapa macam, 
1).   Mimpi semacam ilham yang disusupkan Allah kedalam hati seseorang. Yakni berupa bisikan Allah kepadanya sewaktu tidur, sebagaimana yang pernah dialami oleh sahabat Ubadah bin Shamit dan lainnya.
2).   Mimpi yang disusupkan malaikat yang bertugas untuk itu.
3).   Ruh orang hidup bertemu dengan ruh orang mati, baik itu keluarganya, anak, kawan, ataupun lainnya.
4).   Ruh yang naik kehadhirat Allah, lalu Allah berfirman kepadanya.
5).   Ruh yang berkelana masuk kedalam surga dan melihat apa saja yang ada didalamnya.

Jadi, bertemunya ruh orang mati dengan ruh orang hidup didalam tidurnya merupakan bentuk dari mimpi shadiqah. Tidak sedikit orang yang mengalami dan merasakan buktinya. Dalam hal mimpi ini, ada beberapa perbedaan pendapat di kalangan ulama. Diantaranya :
1).   Semua ilmu terpendam dalam jiwa. Karena kemampuan ilmu hanya terkait dengan alam fisik, maka ia terhalang untuk mengetahui ruh. Pada saat tidur, seseorang terbebas dari kesibukan, sehingga ia dapat bermimpi sesuai dengan peristiwa yang melatarbelakangi.
2).   Mimpi termasuk ilmu yang disampaikan kepada jiwa secara spontan tanpa ada sebab. Pendapat ini biasa diungkapkan orang yang mengingkari adanya sebab dan hukum. Dengan begitu ia tergolong orang yang bertentangan dengan syariat, akal dan fitrah.
3).   Mimpi merupakan suatu lambang, simbol atau perumpamaan yang disampaikan Allah kepada seseorang, tergantung dari latar belakang yang dibuat malaikat yang bertugas menangani mimpi.

Pendapat yang terakhir lebih benar daripada sebelumnya. Namun mimpi tidak sekedar itu. Di sana ada beberapa sebab lain yang melatarbelakangi, yang menggambarkan pertemuan beberapa ruh, dimana ruh yang satu memberitahukan kepada lainnya, serta menggambarkan pengetahuan ruh tentang segala sesuatu tanpa sarana apapun.



DIALOG UMAR DAN ALI SOAL MIMPI.

Dalam kitab An-Nafsu war-Ruh, Abu Abdillah bin Mandah mengkisahkan, bahwa Umar bin Khatthab ra pernah bertemu Ali bin Abi Thalib. Kata Umar, "Hai Abul Hasan, bisa jadi kamu yang tahu dan aku tidak, atau aku yang tahu dan engkau tidak. Ada tiga hal yang perlu aku tanyakan kepadamu. Mungkin engkau tahu sebagiannya".

"Apa itu?", tanya Ali.

Kata Umar : "Ada orang yang mencintai seseorang, padahal ia tidak melihat satu kebaikan pun yang melekat pada orang yang dicintainya itu. Dan ada yang membenci seseorang, padahal ini ia tidak melihat satupun keburukan  pada orang yang dibencinya itu"

Jawab Ali, "Benar, aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya ruh itu seperti pasukan yang dimobilisir yang bertemu di suatu tempat, dan mereka pun kadang merasa bosan. Selama saling mengenal, ruh-ruh itu akan bersatu. Dan jika saling mengingkari, mareka akan berselisih".

Komentar Umar, "Itu satu. Persoalan berikut, seseorang berani menyampaikan hadis, padahal ia suka lupa. Dan justru pada saat lupa itulah ia menyebutkan hadis tersebut".

Jawab Ali, "Itu benar.  Aku pernah mendengar sabda beliau saw, "Tiada dalam hati melainkan ada satu hati yg terhalang mendung, sebagaimana mendung yang menghalangi bulan pada saat memancarkan cahayanya. Jika bulan terhalang, tentu saja keadaan alam menjadi gelap. Sebaliknya jika mendung menghilang, maka keadaan alam menjadi terang. Sewaktu hati ingin memberitahukan sesuatu, ia lalu terhalang mendung, maka ia akan menjadi lupa. Jika mendung menghilang, maka ia menjadi ingat kembali".

Komentar Umar, "Itu yang kedua. Satu lagi, seseorang bermimpi. Diantara mimpinya itu ada yang shadiqah, benar dan ada yang kadzibah, dusta".

Jawab Ali, "Benar, aku pernah mendengar beliau saw bersabda, "Tiada seoang pun yang tidur lelap, melainkan ruhnya dibawa ke 'arasy. Jika tidak bangun sampai ruhnya tiba di 'arasy, maka itulah mimpi yang benar. Jika bangun sebelum ruhnya tiba di 'arasy, maka itulah mimpi yg dusta".

Komentar Umar, "Sejak dulu aku cari-cari jawaban ketiga hal itu. Alhamdulillah, sekarang aku sudah mengetahuinya sebelum aku wafat".

Suatu hari Umar bin Khatthab pernah berkata, sebagaimana yang diceritakan oleh Sulaim bin Amir al-Hadhramiy, "Aku heran dengan mimpi seseorang, sampai ia dapat melihat sesuatu yang tidak pernah terlintas dalam pikirannya. Ia dapat memegang tangan dan melihat sesuatu, padahal itu tidak pernah terjadi padanya".

Jawab Ali, "Wahai Amirul Mukminin, Allah berfirman : 
 
اَللَّهُ يَتَوَفَّى اْلأَنْفُسَ حِيْنَ مَوْتِهَا وَ الَّتِيْ لَمْ تَمُتْ فِيْ مَنَامِهَا فَيُمْسِكُ الَّتِيْ قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَ يُرْسِلُ اْلأُخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى, إِنَّ فِيْ ذَالِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ

Artinya: “Allah memegang jiwa orang ketika matinya dan memegang jiwa orang yang belum mati dikala tidurnya, maka Dia tahan jiwa orang yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang diten-tukan" (QS Az-Zumar : 42).
Ali menambahkan, "Ruh seseorang itu dibawa naik ketika tidurnya. Apa yang ia lihat di langit, itu adalah benar. Ketika ruh itu dikembalikan ke jasadnya, syetan lantas menyeretnya ke udara dan mendustakannya, sehingga mimpinya saat itu menjadi batil".



PANDANGAN ULAMA SALAF

Ruh-ruh orang yang masih hidup dapat saling bertemu, sebagaimana pertemuan antara ruh orang yang mati dan yang hidup. Diantara mereka ada yang mengatakan : "Ruh-ruh itu saling bertemu di angkasa, saling mengenal dan mengingat. Malaikat urusan mimpi mendatangi ruh itu dan menampakkan gambaran yang baik dan buruk. Allah mengutus malaikat tersebut mendatangkan mimpi yang benar, memberinya kabar dan mengilhamkan pengetahuan tentang setiap jiwa, nama dan keadaannya yang berkaitan dengan urusan agama, dunia dan tabiatnya, secara jelas dan tidak meleset. Malaikat itu membawa lembaran ilmu ghaib Allah dari Ummul Kitab sesuai dengan kebaikan dan keburukan urusan agama dan dunianya. Dia diberi perumpamaan, perlambang dan gambaran bentuk sesuai kebiasaannya. Dia terkadang diberi kabar gembira akibat kebaikan amalnya, diberi peringatan akibat dari keburukan amalnya, diberi peringatan tentang sesuatu yang tidak disenanginya dan diberi sebab-sebab yang dapat menghindarkan diri darinya, dan terkadang diberi hikmah atau kemaslahatan lain melalui mimpinya sebagai rahmat dan wujud kemurahan Allah kepadanya. Allah memberi salah satu dari kesemuanya itu melalui bertemunya beberapa ruh yang kemudian saling mengingatkan. Tidak sedikit orang yang bertaubat, menjadi baik dan hidup zuhud hanya karena mimpi. Dan tidak sedikit pula orang yang memperoleh harta karun hanya berda-sarkan informasi mimpi".

Umair bin Wahab, setelah masuk Islam, pernah bermimpi bertemu dengan seseorang yang mengatakan kepadanya, "Bangun dan datanglah ke tempat ini dan itu di suatu rumah, kemudian galilah, maka kamu akan mendapatkan harta warisan ayahmu". Ayahnya memang kaya raya, tetapi ia keburu wafat sebelum sempat berwasiat. Setelah bangun dari tidurnya, Umair langsung melaksanakan apa yang dikatakan seseorang dalam mimpinya itu. Dan benar, ternyata di sana ditemukan 10.000 dirham dan biji emas yang banyak, sehingga ia dapat melunasi hutangnya dan menjadi kaya raya. Puteri terkecilnya berkomentar, "Wahai ayah, Tuhan kita benar-benar mencintai kita dengan agama Islam. Dia lebih baik daripada Hubal dan Uzza. Sekiranya ayah tidak masuk Islam, harta benda itu tentu tidak akan ditunjukkan dan ayah akan menyembah Hubal selamanya".

Ibnul Qayyim sendiri sering diberitahu banyak orang, bukan hanya satu orang. Mereka mimpi bertemu dengan Ibnu Taimiyah yang sudah wafat. Mereka bertanya kepadanya dalam mimpinya tentang beberapa persoalan faraidh yang terkenal sangat rumit dan beberapa persoalan lainnya, yang kemudian dijawab secara benar dan memuaskan.

Akhirul kalam. Persoalan bertemunya ruh orang yg wafat dan ruh orang yang masih hidup melalui mimpinya ini telah diyakini dan dibuktikan kebenarannya, serta tidak diingkari kecuali oleh orang-orang yang dungu dan tidak mengetahui rahasia, hukum-hukum dan keberadaan ruh.

_____________________________________________
*) Sumber : Disarikan dari :
1). Buku "DZIKRUL MAUT, mengintai perjalanan ruh orang mati", tulisan Achmad Suchaimi, dengan Kata Pengantar (Taqdim) oleh KH A. Mustofa Bisri, penerbit RoudhoH - Surabaya, cet. 1 - Mei 2004.
2). Kitab “AR-RUH”, tulisan Ibnu Qoyyim Al-Jauzi












No comments:

Post a Comment